Jakarta - Kementerian Kesehatan tengah menjajaki kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menambah jumlah fakultas kedokteran. Ini sebagai upaya pemenuhan dan pemerataan tenaga kesehatan di Indonesia.
Hal itu dilontarkan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat berbincang dengan diaspora kesehatan Indonesia yang berkarier di Amerika dan Eropa secara daring pada Minggu, 17 April 2022 malam.
Skema yang disiapkan pemerintah kata Menteri Budi Gunadi Sadikin adalah menerapkan konsep pengampuan dan sharing knowledge lintas daerah.
Masing-masing fakultas kedokteran dan rumah sakit (RS) akan mengampu fakultas kedokteran dan RS lain di seluruh Indonesia.
Ke depan kata dia, jumlah dokter, dosen, dan RS akan ditambah tanpa mengurangi kualitas layanan. Ditargetkan penyediaan dokter ini akan tercapai dalam 10 tahun.
“Prodi-prodinya aku minta dibuka lebih banyak, terutama penyebab kematian yang lebih besar di Indonesia, kanker, stroke dan jantung. Itu butuhnya spesialisnya apa saja, prodinya harus ada,” kata Menteri Sadikin.
Kementerian Kesehatan pun sejauh ini sudah melakukan pemetaan kebutuhan dokter di seluruh daerah di Indonesia.
Diharapkan dalam waktu lebih cepat bisa segera direalisasikan untuk memperkecil gap rasio dokter.
Menteri Sadikin mengungkap pertemuan dengan diaspora kesehatan Indonesia menjadi awal yang baik bagi peningkatan pembangunan kesehatan di Tanah Air.
Berbagai ide, masukan ataupun saran dari berbagai diaspora kesehatan Indonesia diharapkan bisa memperkuat roadmap Kementerian Kesehatan untuk menyukseskan transformasi sistem kesehatan.
“Mudah-mudahan ini bisa menjadi sarana untuk meningkatkan dan memperkuat diaspora kesehatan Indonesia. Sebenarnya tidak apa-apa kalau tidak kembali ke Indonesia, yang penting ada jaringannya, ada akses ke riset, kita bareng-bareng bangun sistem kesehatan yang lebih bagus lebih kuat dimanapun kita berada,” kata dia.
Baca juga:
Rumah Sakit di Indonesia Kekurangan 8 Ribuan Dokter Umum dan Spesialis
Salah satu perwakilan diaspora kesehatan Indonesia di Jerman dr Prasti Pomarius menyatakan siap membantu Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan kualitas kesehatan Indonesia yang lebih bagus.
“Kami di IASI Jerman siap membantu untuk mewujudkan kualitas kesehatan Indonesia yang lebih baik, terlebih saat ini alat-alatnya sudah baik, kini tinggal meningkatkan sumber daya kesehatannya,” tuturnya.
Sebelumnya, Menteri Sadikin menyebut pihaknya akan melakukan transformasi layanan primer yang dimulai dengan memperluas infrastruktur kesehatan hingga level rumah atau masyarakat, meningkatkan program promotif preventif, menurunkan angka stunting, dan menekan Angka Kematian Ibu (AKI).
Untuk layanan primer, Kemenkes berupaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terutama untuk penyakit degeneratif yang menjadi penyumbang kematian tertinggi di Indonesia yakni jantung, stroke dan kanker.
Setiap daerah didorong memiliki layanan kesehatan dengan jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas yang memadai.
Sehingga, pasien bisa cepat ditangani dan diselamatkan tanpa harus menunggu untuk dirujuk ke daerah lain atau bahkan sampai dirujuk ke luar negeri. Karenanya kualitas pelayanan RS baik milik pemerintah maupun swasta harus ditingkatkan.
Dia membeber, ada daerah yang dokter spesialisnya cuma 1 atau 2, dan jumlah ini sangat jauh untuk melayani jumlah populasi di wilayah masing-masing.
“Kasus penyakit tidak menular di Indonesia setiap tahunnya bertambah. Karena layanan rujukannya sedikit, antreannya jadi makin panjang. PTM itu kan butuh perawatan yang cepat, kalau waktu tunggunya lama, pantes saja orang pergi keluar. Makanya kita akan segera bereskan,” imbuh dia.
Saat ini jumlah tenaga kesehatan di Indonesia masih sangat kurang. Menurut WHO, rasio ideal antara dokter dan masyarakat adalah 1:1000 orang. Artinya satu dokter untuk melayani 1000 penduduk di satu wilayah.
Menteri Sadikin merinci ketersediaan dokter di Indonesia saat ini hanya 101.476 dokter, dengan jumlah populasi sekitar 273,984,400 jiwa, Indonesia masih kekurangan sekitar 172.508 dokter. Untuk itu, perlu ada percepatan penambahan jumlah dokter untuk memenuhi rasio tersebut.
“Dengan tingkat kelulusan dokter sebanyak 12 ribu orang per tahun, setidaknya butuh waktu sekitar 10 tahun untuk memenuhi rasio dokter di Indonesia. Kita harus percepat kerjanya, karena kalau tidak akan semakin banyak masyarakat yang tidak tertolong,” kata Menkes.[]