News Kamis, 27 Januari 2022 | 19:01

Menkes: Penanganan Gelombang Omicron Berbeda dengan Delta

Lihat Foto Menkes: Penanganan Gelombang Omicron Berbeda dengan Delta Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. (foto: Humas Setkab).

Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengemukakan, pemerintah menggunakan strategi penanganan berbeda dalam menghadapi gelombang Omicron yang diperkirakan berlangsung pada Februari 2022.

"Strategi pemerintah hadapi Omicron sedikit berbeda dengan Delta. Omicron keparahannya rendah, orang tanpa gejala dan gejala ringan, demam dan batuk. Sebenarnya bisa sembuh tanpa dibawa ke rumah sakit," kata Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi persnya dikutip Opsi di Jakarta, Kamis sore, 27 Januari 2022.

Budi mengatakan Omicron memiliki ciri penyebaran penularan yang cepat serta menyebar secara luas.

Ciri kedua Omicron, kata Budi, tingkat keparahan dan keterisian tempat tidur rumah sakit relatif rendah. Sebab, lebih banyak pasien yang terjangkit Omicron dirawat di rumah.

Sementara proses penyembuhan dibantu tim medis melalui layanan kesehatan secara digital. "Karena kalau Delta keparahannya tinggi, kita siapkan rumah sakit," katanya.

Budi melaporkan hingga Rabu, 26 Januari 2022, jumlah pasien Omicron yang dirawat di seluruh rumah sakit di Indonesia mencapai 7.688 orang dari total ketersediaan tempat tidur isolasi mencapai 80 ribu unit. Sebanyak tiga pasien di antaranya dilaporkan meninggal dunia.

"Ini di bawah kapasitas tempat tidur isolasi yang masih bisa ditambah. Saat Juli 2021, Delta tinggi, kami bisa naikan ke 120-130 ribu unit. Yang siap dipakai saat ini berjumlah 80 ribuan dan terisi 7.688," katanya.

Ia mengatakan gelombang Omicron diperkirakan mencapai puncak pada akhir Februari atau awal Maret 2022. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya