News Senin, 14 Maret 2022 | 21:03

Menteri Budi Gunadi Sadikin Ungkap Subvarian Omicron Sudah Ada di Indonesia

Lihat Foto Menteri Budi Gunadi Sadikin Ungkap Subvarian Omicron Sudah Ada di Indonesia Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap Subvarian Omicron BA.2 sudah terdeteksi di Indonesia berdasarkan hasil genome sequencing. (Foto: Ist)
Editor: Tigor Munte

Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap Subvarian Omicron BA.2 sudah terdeteksi di Indonesia berdasarkan hasil genome sequencing. Namun subvarian itu tidak terlihat memicu terjadinya lonjakan kasus Covid-19.

Hal itu disampaikan Menteri Budi dalam keterangan pers usai mengikuti Rapat Terbatas (Ratas) mengenai Evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dipimpin oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Senin, 14 Maret 2022 melalui video konferensi.

Tren kasus nasional, imbuh Budi, juga konsisten menurun di mana angka reproduksi efektif (Rt) sudah menurun di setiap pulau besar di Indonesia.

Dua provinsi yang masih menunjukkan tren kasus meningkat, yaitu Kalimantan Utara dan Nusa Tenggara Timur.

“Dalam dua bulan lebih kami sudah melakukan 8.032 genome sequencing. Di akhir-akhir memang porsi (subvarian Omicron) BA.2 ini sudah dominan juga di Indonesia. Alhamdulillah kami tidak melihat, dan mudah-mudahan tidak akan melihat, adanya kenaikan kembali dari jumlah kasus,” katanya.

Percepatan Vaksinasi

Sebelumnya Menteri Budi memaparkan kasus Covid-19 di sejumlah negara, seperti Hongkong, Korea Selatan, dan Inggris kembali mengalami peningkatan yang cukup tinggi karena ada subvarian Omicron BA.2.

Peningkatan kasus di Hongkong juga berdampak pada peningkatan tingkat kematian yang tinggi terutama di kelompok masyarakat lanjut usia (lansia). Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong laju vaksinasi terutama bagi kelompok rentan.

Baca juga: Cegah Penyebaran Covid-19 Varian Omicron, Pejabat Negara Dilarang Keluar Negeri

“Yang meninggal dan masuk rumah sakit di seluruh dunia, kita lihat di Hongkong yang di media juga banyak, itu adalah yang lansia dan vaksinasinya belum lengkap. Oleh karena itu, perlu sekali kita menyegerakan vaksinasi minimal lengkap atau minimal dua dosis, idealnya tiga dosis, ke para lansia kita untuk melindungi mereka,” ujar Menkes.

Menteri Budi mengungkapkan, vaksinasi lengkap untuk golongan lansia di Hongkong masih sangat rendah, yaitu sekitar 26 persen. Ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi Indonesia untuk menekan angka kematian akibat Covid-19, yaitu dengan terus mendorong vaksinasi terutama bagi kelompok lansia.

“Bagaimana caranya kita bisa mengurangi orang yang masuk rumah sakit dan yang orang yang meninggal adalah dengan memastikan percepatan vaksinasi khususnya untuk lansia, ayah-ibu kita, kakek-nenek kita yang usia di atas 60 tahun, karena sudah terbukti mereka adalah orang-orang atau segmen populasi yang sangat rawan untuk masuk ke rumah sakit dan meninggal. Kita harus membantu meyakinkan mereka agar bisa divaksin minimal dua dosis, idealnya malah tiga dosis,” ujarnya.

Menteri Budi mengimbau masyarakat untuk tidak memilih-milih vaksin karena semua vaksin yang ada sudah teruji keamanan dan efikasinya.

“Kecepatan vaksinasi akan sangat menentukan perawatan di rumah sakit dan yang wafat. Oleh karena itu, tolong segera divaksinasi baik itu vaksinasi pertama, vaksinasi kedua, maupun vaksinasi ketiga tanpa memilih jenis vaksinnya karena semua vaksin yang ada efikasinya sudah lolos dari efikasi WHO,” ujarnya.

Dengan percepatan laju vaksinasi yang terus dilakukan, dia pun berharap kondisi pandemi di tanah air dapat terus membaik.

“Mudah-mudahan kalau kita bisa disiplin melakukan vaksinasi dosis kedua untuk masyarakat dan juga khususnya lansia mudah-mudahan nanti di bulan puasa kondisi kita menjadi lebih baik. Dan ini merupakan salah satu kondisi agar kita bisa mengkaji kembali apa yang akan kita putuskan nanti di masa Ramadan dan Idulfitri tahun ini,” ujarnya.[]

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya