Pilihan Senin, 01 Agustus 2022 | 12:08

Negeri Terluka, Puisi Saut Situmorang tentang Tanah, Darah, dan Pistol Polisi

Lihat Foto Negeri Terluka, Puisi Saut Situmorang tentang Tanah, Darah, dan Pistol Polisi Nestor Rico Tambun dan Saut Situmorang di Balige, Kabupaten Toba, Sumatra Utara, 28 Juli 2022. (Foto: Opsi/Jumpa Manullang)
Editor: Tigor Munte

Toba - Penyair Saut Situmorang hadir dan menjadi narasumber dalam Festival Literasi Balige 2022. 

Dia juga berkesempatan membaca puisi saat acara festival dihadiri dan dibuka Bupati Toba Poltak Sitorus di TB Silalahi Center, Balige pada Kamis, 28 Juli 2022.

Pria nyentrik dengan rambut gimbal dan panjang itu membacakan puisi yang juga hasil karyanya pada 2014 lalu ketika berada di Yogyakarta.

Judul puisi yang sarat dengan kritik menggelitik itu adalah Negeri Terluka.

 

Negeri Terluka

 

Bahkan sejak kanak kanak pun

kita kena dusta!

 

Indonesia tanah airku 

Tanah tumpah darahku… 

 

Tanah tumpah darahku! Tanah di mana darahku

tumpah oleh sangkur senjata tentara

oleh pistol polisi!

 

Bagaimana mungkin tanah di mana darahku

ditumpahkan oleh kekuasaan

 

masih harus kusebut tanah airku!

 

Dan para pelawak ramai ramai

ikut menyanyikan dusta itu

untuk menutupi bau busuk dari luka luka kita:

 

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman… 

 

Mari Kita Iringi Nyanyi Mereka Itu dengan Koor Ini:

 

Orang bilang tanah kita tanah surga

Politikus dan ulama benar benar menikmatinya

 

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tentara polisi kerjasama dengan preman bela pengusaha

 

Orang bilang tanah kita tanah surga

Buruh dan tani tak lebih berharga dibanding asap pabrik dan pestisida

 

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman 

karena tak ada lagi hutan dan sawah!

 

Dalam ajang Festival Literasi Balige 2022 yang sudah berakhir pada 31 Juli 2022, sejumlah penulis kondang Tanah Air juga hadir.

Selain Saut Situmorang, ada juga Nestor Rico Tambun dan, Saut Poltak Tambunan. 

Profil Saut

Saut Situmorang lahir di Kota Tebing Tinggi, Sumatra Utara. Dibesarkan sebagai anak kolong di Kota Medan. 

Tinggal di Selandia Baru selama 11 tahun dan menyelesaikan pendidikan S1 Sastra Inggris di Victoria University of Wellington dan S2 Sastra Indonesia di University of Auckland. 

Baca juga:

Cerita Saut Situmorang soal Penyair Diusir, Dokter Diajak Makan Malam

Saut mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di kedua almamaternya. Dia menulis puisi dan buku yang sudah terbit, di antaranya Saut Kecil Bicara dengan Tuhan (2003), Catatan Subversif (2004), Otobiografi (2007), Les Mots Cette Souffrance (Collection du Banian, Paris, 2012).

Perahu Mabuk (2014 dan cetakan kedua 2017), Negeri Terluka (2020), dan Tongue In Your Ear (2020). 

Buku kumpulan esainya, Politik Sastra (2009, 2018) dan Sastra dan Film (2022). Buku kumpulan cerpennya Kotbah Hari Minggu (2016 dan 2021). 

Dia menerjemahkan buku puisi Pablo Neruda berjudul Duapuluh Puisi Cinta dan Satu Nyanyian Putus Asa diterbitkan 2017.

Saut salah seorang perintis Sastra Internet Indonesia (bersama komunitas Cybersastra awal tahun 2000an), redaktur jurnal sastra bawah tanah Boemipoetra, yang sudah dipublikasikan di Indonesia, Selandia Baru, Australia, Itali, Ceko, Prancis, Afrika Selatan. 

Dia diundang untuk membacakan puisinya, antara lain oleh Dewan Kesenian Jakarta (2006) Aceh International Literary Festival (2009), Sepuluh Jam Temu Sastra Indonesia di Paris (Prancis 2012), What Is Poetry? (Zimbabwe 2013).

Poetry On The Road (Bremen 2013), Pesta Puisi 3 Kota (Bandung, Jogja, Denpasar, 2015) dan ASEAN Literary Festival 2015 di Jakarta. 

Menjadi salah seorang pembicara pada Kongres Kebudayaan Indonesia 2018 di Jakarta. 

Bersama dua penyair Indonesia lain diundang baca puisi secara daring dalam acara Hari Puisi Dunia pada 21 Maret 2021 UNESCO Poesia 21 yang diorganisir oleh Pusat Puisi Dunia Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia dan Bienale Penyair Moskow di Rusia. 

Dia menjadi kurator sastra pada beberapa festival seni dan sastra di Tanah Air, terakhir di Festival Sastra Internasional Yogyakarta 2019. 

Beberapa puisinya telah pula dijadikan lagu dan komposisi musik. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya