News Kamis, 30 Oktober 2025 | 22:10

Operasi Anti-Narkoba di Brasil Tewaskan 119 Orang

Lihat Foto Operasi Anti-Narkoba di Brasil Tewaskan 119 Orang Ilustrasi operasi pemberantasan gembong narkoba di Rio de Janeiro, Brasil. (Foto:Opsi/AI)

Jakarta – Sebuah operasi besar-besaran polisi untuk memberantas gembong narkoba di Rio de Janeiro, Brasil, berakhir dengan korban jiwa yang sangat tinggi.

Hingga Rabu, 29 Oktober 2025, pihak berwenang melaporkan 119 orang tewas dalam razia yang berlangsung brutal tersebut.

Korban jiwa terdiri dari 115 orang yang diduga anggota geng narkoba dan empat aparat kepolisian.

Operasi yang menargetkan markas Comando Vermelho—jaringan perdagangan narkoba tertua dan terkuat di Rio—ini melibatkan ratusan personel polisi yang didukung helikopter, kendaraan lapis baja, dan drone.

Polisi menyerbu dua wilayah kumuh yang dikuasai geng tersebut.

Menanggapi kekerasan selama operasi, Comando Vermelho dilaporkan menyita puluhan bus untuk memblokir jalan utama dan menggunakan drone yang dilengkapi bahan peledak untuk menyerang polisi.

Dugaan Eksekusi di Luar Hukum

Meski pihak berwenang menyatakan operasi berhasil, insiden ini memicu kontroversi hebat. Keluarga para tersangka yang tewas menuduh polisi melakukan eksekusi di luar hukum.

Sehari setelah operasi, warga di kawasan Complexo da Penha menemukan puluhan jasad di area hutan pinggiran.

Salah satu korban, seorang pemuda berusia 19 tahun, bahkan ditemukan dalam kondisi tanpa kepala.

"Mereka menggorok leher anak saya, memenggalnya, lalu menggantungkan kepalanya di pohon," kata Raquel Tomas, ibu korban, dengan suara bergetar.

"Mereka mengeksekusi anak saya tanpa memberi kesempatan untuk membela diri". 

Pengacara yang mewakili keluarga korban, Albino Pereira Neto, menyatakan beberapa jasad menunjukkan bekas luka bakar dan sebagian korban ditemukan dalam keadaan terikat.

"Beberapa di antara mereka dibunuh secara kejam," ujarnya.

Pernyataan Pihak Berwenang dan Reaksi Internasional

Sekretaris Polisi Militer, Marcelo de Menezes, membenarkan operasi tersebut.

Ia mengatakan polisi sengaja mendorong para "penjahat" ke area hutan untuk melindungi warga sipil.

Sementara itu, Sekretaris Polisi Sipil, Felipe Curi, menjelaskan bahwa banyak jasad yang hanya ditemukan mengenakan pakaian dalam karena warga setempat telah melepaskan "seragam kamuflase, rompi, dan senjata" yang mereka gunakan.

Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, yang kebijakan penegakan hukumnya kini menjadi sorotan, menyerukan agar operasi tidak membahayakan polisi maupun warga sipil.

Dalam pernyataannya di platform X, Lula menulis, "Kita butuh kerja sama yang terarah untuk memukul pusat perdagangan narkoba tanpa mengorbankan nyawa polisi, anak-anak, dan keluarga yang tidak bersalah."

Insiden ini juga menarik perhatian internasional. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyatakan keprihatinannya yang mendalam atas tingginya jumlah korban tewas.

Sementara itu, Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia menyatakan terkejut dan menyerukan "penyelidikan cepat, independen, dan menyeluruh" terhadap operasi tersebut.

Pihak berwenang Brasil melaporkan bahwa dalam operasi ini, 113 orang ditangkap, 91 senjata disita, bersama dengan sejumlah besar narkoba.

Gubernur Rio de Janeiro, Claudio Castro, mengklaim operasi ini sebagai "sukses besar," meski hanya menyoroti gugurnya empat aparat kepolisian.[] 

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya