Pilihan Senin, 05 Juni 2023 | 13:06

Opini: Pusaran Politik Generasi Milenial dalam Menghadapi Pemilu 2024

Lihat Foto Opini: Pusaran Politik Generasi Milenial dalam Menghadapi Pemilu 2024 Lampirma Sihombing. (Foto: Ist)
Editor: Tigor Munte

Oleh: Lampirma Sihombing* 

Generasi milenial secara sederhana diartikan sebagai generasi yang terlahir mulai dari tahun 1980-an sampai pada akhir 1990-an. 

Berdasarkan riset The Urbans Millenials tahun 2017, di Indonesia sendiri jumlah 255 juta penduduk terdapat 81 juta yang merupakan generasi milenial pertama kalinya di tahun 2020.

Indonesia mendapat fenomena bonus demografi memiliki jumlah penduduk usia produktif lebih besar daripada jumlah tidak produktif dan 50 persen dari usia produktif tersebut adalah generasi milenial.

Generasi milenial juga nantinya akan memberikan hak suaranya dalam pemilihan umum (Pemilu) 2024. 

Sesuai aturan yang berlaku bahwa pemilih yang mendapatkan hak pertama kali dalam mengikuti pesta demokrasi, yaitu sudah berumur 17 tahun dan apabila sudah menikah. 

Keterlibatan generasi milenial atau pemuda dalam perhelatan pesta demokrasi pada Pemilu 2024 menjadi sangat penting.

Bagaimana tidak, partisipasi generasi milenial diharapkan mampu turut serta dalam menentukan bagaimana arah bangsa ini ke depannya.

Antusiasme yang dimiliki oleh para pemilih milenial memang akan sangat memberikan dampak positif bagi keberlangsungan bangsa ini. 

Peran para pemuda ini bahkan bukan hanya sekadar menjadi pemilih dan melakukan pemilihan saja, melainkan mereka juga diharapkan mampu untuk mengkritisi mengenai bagaimana perhelatan pemilu itu sendiri.

Pemuda milenial juga harus memiliki pemahaman yang jauh lebih khusus dan lebih luas mengenai Pemilu 2024.

Sebagai generasi milenial tentu harus tahu dalam teknologi dan media maka partisipasi politik yang ada harus diimbangi dengan perbanyak referensi yang ada dalam menentukan pilihan.

Menurut data KPU, Pemilu 2024 mendatang didominasi oleh kelompok muda (milenial). Jumlah pemilih ini diperkirakan mencapai 60 persen dari total pemilih yang sah.

Berdasarkan laman kpu.go.id, tak hanya jumlahnya yang besar, generasi milenial dan Gen Z juga dianggap sangat penting bagi hasil Pemilu 2024 karena mereka dikenal aktif di media sosial dan memiliki kepekaan terhadap isu-isu sosial dan politik.

Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo mengajak kaum pemuda untuk aktif pada pagelaran kontestasi Pemilu 2024 mendatang. Ia menyebut keterlibatan kaum pemuda diharapkan akan membawa pemilu ke arah yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

Disampaikan Menteri Dito Ariotedjo saat membuka Kongres Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Ke- 12 di Gedung Kristiani, di Kota Ambon, Provinsi Maluku, Minggu (14/5/2023).

BACA JUGA: Pemuda Indonesia Menuju Cerdas Finansial: Tren Investasi Gen Z Mulai Berorientasi Jangka Panjang

Dito menilai keterlibatan pemuda dalam Pemilu 2024 akan berperan penting bagi negara Indonesia. Sebab, menurut dia, kaum pemuda merupakan penerus estafet kepemimpinan Indonesia di masa mendatang.

Pernyataan Menteri Dito tersebut sesungguhnya mengajak keterlibatan dari para pemilih milenial atau pemuda dalam perhelatan pesta demokrasi pemilu, berpartisipasi aktif.

Jadi, seorang milenial yang cerdas harus bisa menentukan pilihannya secara rasional. Harus aktif dalam berbagai proses politik, mulai aktif partisipasi dalam pemilu, partisipasi politik yang berkualitas diimbangi dengan pandangan politik yang terbuka sehingga tidak mudah terjebak pada konflik yang memecah belah.

Di sisi lain, peranan pemuda diharapkan mampu mengawal keberlangsungan demokrasi di Indonesia melalui pergelaran pemilu. Generasi milenial diharapkan ikut aktif serta terlibat untuk mengawasi seluruh gelaran pemilu sebagai bagian dari bentuk manifetasi kedaulatan berbangsan dan bernegara.

Sehingga, jelas sekali bahwa partisipasi dari seluruh elemen masyarakat khususnya bagi generasi milenial di Indonesia turut mensukseskan gelaran pesta demokrasi  untuk dapat terus mendorong kemajuan demokrasi di Tanah Air.

Bila kita melihat dalam konteks pemilihan saat ini, rasanya kita akan sepakat bahwa suhunya begitu panas. Dikotomi antara berbagai pihak pendukung kandidat, membuat hubungan sebagai sesama anak bangsa menjadi asing dan canggung. 

Ruang perdebatan yang kerap berisi cacian dan makian main sering kita temui baik dalam keseharian.

Dalam konteks ini, sudah seharusnya peran generasi millenial mengambil peran sebagai subjek pesta demokrasi ini. 

Mampu menjadi individu yang independen dalam menganalisis dengan baik dan tepat figur serta jejak rekam calon pemimpin yang akan dipilihnya. Tidak ikut terjebak dalam pusaran politik identitas, yang hanya akan memberi warna kebencian dalam ruang demokrasi kita.

Lebih menelisik ke dalam, budaya politik selalu kita perdebatkan dengan berbagai argumentasi yang tidak membangun sistem demokrasi.

Generasi milenial diharapkan lebih intens dalam upaya menangkal berbagai isu-isu yang sensitif maupun provokatif untuk memberikan edukasi serta informasi yang akurat kepada masyarakat.

Kemudian, peranan generasi milenial dalam pusaran politik harus mampu menjaga nilai keberagaman, agama, budaya, ras dan adat dengan tujuan agar kerukunan antar umat beragama dapat terwujud.

Kaum generasi milenial tentu harus mampu mengasah kemampuan untuk berpikir kritis ketika menemukan penyimpangan atau dugaan-dugaan pelanggaran pemilu, sehingga pesta demokrasi ini menjadi pemilu yang berintegritas dan berkualitas dapat terwujud dengan baik dan damai. []

*Penulis adalah anak muda yang bersemangat untuk menulis, tinggal di Jakarta.

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya