*Oleh: Pangi Syarwi Chaniago, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting
Pengangkatan putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) semakin menambah deretan panjang keluarga presiden yang terlibat aktif dalam politik-politik praktis di saat sang ayah masih menjabat sebagai seorang presiden.
Praktik politik dinasti sudah menjadi kebiasaan buruk para politisi yang menganggap wajar dan selalu berlindung di balik demokrasi yang memberikan kesempatan dan hak politik kepada siapa pun untuk terlibat aktif dalam politik.
Namun, mereka lupa praktik politik semacam ini adalah ancaman serius terhadap penurunan kualitas demokrasi itu sendiri.
Hal ini senada dengan persepsi publik yang tergambar dalam temuan survei Voxpol center di mana mayoritas responden (69,3 persen) tidak setuju adanya praktik politik dinasti dan mayoritas responden (67,9 persen) percaya praktik politik semacam ini dapat menyebabkan penurunan kualitas demokrasi.
Realitas politik sering kali mengalahkan logika dan etika demokrasi, kekuasaan begitu "nikmat" sehingga siapa pun yang telah mencicipinya tidak akan rela meninggalkannya begitu saja.
Posisi putra presiden sebagai ketua umum partai yang diangkat lewat jalur "Tol" mengkonfirmasi argumentasi ini, Jokowi sepertinya sedang mempersiapkan kapal sekoci untuk mengamankan kekuasaannya setelah tidak lagi berkuasa dan skenario dan intrik politik di berbagai lini dilancarkan.
Di sisi lain ini juga bisa dimaknai sebagai bentuk keretakan relasi hubungan sekaligus pembangkangan presiden Jokowi terhadap Megawati dan PDIP. Jokowi sepertinya mengkhawatirkan masa depan politiknya jika terus bertahan menyandang gelar "petugas partai".
Sekelas SBY mantan presiden yang punya saham terbesar Partai Demokrat saja menjadi bulan-bulanan ketika tak lagi menjabat sebagai presiden dan sekaligus mengirimkan pesan dan ancaman yang sangat serius bagi PDIP jika gerbong besar pemilih dan relawan Jokowi beralih memilih PSI.[] (Jumat, 29 September 2023)