Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya meminta agar adanya gencatan senjata antara Rusia dengan Ukraina.
Sebab, Gus Yahya berpandangan bahwa dampak perang Rusia dan Ukraina itu bakal menimbulkan hal yang cukup besar.
"Kami sudah janji pertemuan dengan Duta Besar Ukraina, Rusia, soal perang yang sekarang sedang berlangsung. Saya sampaikan ke duta besar yang sudah berkunjung ke kantor, kami serukan gencatan senjata," kata Gus Yahya di Kantor NU Kabupaten Kediri, Jawa Timur, seperti dikutip ANTARA, Senin, 7 Maret 2022.
Sebagai organisasi masyarakat, lanjutnya, NU turut serta memberikan kontribusi dalam mewujudkan perdamaian dunia. Menurut dia, adanya masalah antara Rusia dengan Ukraina juga diharapkan bisa diselesaikan dengan duduk bersama.
"Semua perbedaan pertentangan dibicarakan secara damai," ujarnya.
Terjadinya gencatan senjata antara Rusia dengan Ukraina juga berimbas pada Indonesia. Misalnya, dari sisi tenaga kerja.
Seperti diketahui, Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) memastikan 30 pekerja migran Indonesia (PMI) telah berhasil dievakuasi dari Ukraina dan telah tiba di Tanah Air bersama dengan rombongan warga negara lainnya.
Kepala BP2MI Benny Rhamdani menjelaskan bahwa para pekerja migran itu telah tiba di Indonesia bersama rombongan WNI lainnya pada Kamis, 3 Maret 2022 pada pukul 17.10 WIB.
Dia menjelaskan bahwa tenaga kerja Indonesia (TKI) yang berhasil dievakuasi dari Ukraina, terdiri dari 29 perempuan dan satu orang laki-laki. Kebanyakan dari PMI yang dievakuasi bekerja sebagai spa terapis dan berasal dari Bali.
Ia mengatakan bahwa masih terdapat 14 WNI yang berada di Bukares, Rumania karena mayoritas dari mereka terpapar Covid-19.
Dari tes yang dilakukan 12 orang positif Covid-19 dan dua orang memilih tinggal di Bukares untuk menemani anak mereka yang juga terkonfirmasi positif.
"Enam orang di antaranya adalah pekerja migran Indonesia yang diketahui dan dinyatakan positif Covid-19," ucap Benny.[]