Jakarta - Pedagang ayam potong dan beras di Pasar Rumput, Jakarta Selatan (Jaksel), mengeluhkan kenaikan harga-harga bahan pokok menjelang Nataru atau Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.
Setiadi (54), pedagang ayam potong mangatakan harga komoditasnya terus melesat naik dalam empat bulan terakhir.
Saat ini harga 1 kilogram (Kg) ayam potong mencapai Rp45.000 per ekor. Beberapa bulan lalu padahal masih Rp35.000. Ekses dari kenaikan harga ini, kata Setiadi, banyak pembeli atau konsumennya yang mengeluh.
"Ya pada teriak juga, kemahalan-kemahalan. Gimana, jualan belanja juga mahal. Udah naik terus bingung. Setelah seminggu, naik lagi terus. Enggak ada turun-turun selama 4 bulan," kata Setiadi saat ditemui Rabu (3/12/2025).
Setiadi yang sudah 30 tahun berdagang ayam potong, memprediksi semakin mendekati hari besar seperti Natal ataupun Idulfitri, maka harga jual ayam bakal semakin meroket.
"Sudah pasti. Saya bertahun-tahun pasti kayak gitu," ucapnya.
Ia mengimbau pemerintah untuk melakukan pengontrolan harga agar konsumen tidak mengeluhkan kenaikan harga ayam potong lagi ke depannya.
"Untuk pemerintah tolong ya, dikontrol lah. Dicek ke pasar. Kalau harga tinggi, ya gimana supaya bisa turun. Katanya masih terjangkau, tapi pembeli teriak mahal mulu," tuturnya.
Sementara, Kiki Zakaria (33), agen telur di Pasar Rumput mengatakan, harga komoditasnya stabil dari periode September 2025 hingga Desember 2025.
Di kiosnya, ia biasa menjual telur Rp30.000 per kilogram.
"Ini masih stabil. Apalagi hampir dua bulan—sebulan ini lah. Sebulan ini hampir standar di harga segitu Rp30 ribu per kilogram," tuturnya.
Menurut dia, kenaikan harga telur, terasa paling signifikan terjadi saat pemerintah mengimplementasikan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Iya. Waktu MBG pertama mulai, harganya langsung loncat. Kenaikannya bisa Rp1.000, bisa Rp1.400. Harga di pemasok, di agen, ikut naik. Soalnya telur ada harga pasarnya. Jadi mengikuti harga pasar. Setiap hari ada keluar harga pasarannya. Jadi naik-turunnya keliatan," tutur dia.
Menurut dia, berjalannya program MBG tidak semata menguntungkan pedagang telur, justru mengejutkan para konsumen.
"Iya, awal MBG mah naiknya tinggi banget. Orang jadi pada kaget. Tapi waktu MBG, penjualannya malah kurang. Harga naik, orang jadi libur dulu, enggak rame," tutur dia.
Kemudian, Bambang (40) yang setiap hari berdagang beras di Pasar Rumput mengatakan, harga komoditasnya yang umumnya dikonsumsi masyarakat mengalami kenaikan pada kisaran harga Rp200 sampai Rp1.000 per Kg.
Ia memprediksi, menjelang Nataru harga beras akan semakin melesat naik.
"Iya, biasanya kalau menjelang hari raya ada kenaikan," ucapnya.
Di kiosnya ini, umumnya konsumen membeli ketengan sekitar 2 liter.
"Kebanyakan untuk kebutuhan sehari-hari, paling 1 liter atau 2 liter," tuturnya.
"Jarang. Kalau karungan biasanya untuk orang yang dagang, itu pun seminggu sekali atau seminggu dua kali," ucapnya memungkasi.