News Minggu, 16 Juli 2023 | 12:07

Pidato AHY soal Utang dan Ekonomi Indonesia Gak Mengasyikkan

Lihat Foto Pidato AHY soal Utang dan Ekonomi Indonesia Gak Mengasyikkan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono. (Foto: Tangkapan Layar)
Editor: Tigor Munte

Jakarta - Politisi PPP Arsul Sani merespons pidato Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY yang di antaranya mengulas utang era Pemerintahan Jokowi.

Dalam bagian pidato politiknya yang juga disiarkan luas melalui media sosial pada 14 Juli 2023, AHY menyinggung soal utang Indonesia di masa Presiden Jokowi yang disebutnya terus membengkak.

AHY mengkritik pemerintah atas kondisi ekonomi mandek, tapi utang semakin bengkak. 

Dia bahkan menyebut bunga utang Indonesia bisa membiayai kuliah jutaan pelajar.

Disebutnya, hingga Maret 2023, utang Indonesia mencapai lebih dari Rp 7.800-an triliun. Porsi APBN untuk membayar cicilan dan bunga semakin besar. 

"Jika rata-rata bunga utang mencapai 400-an triliun rupiah per tahunnya, maka itu setara dengan realisasi anggaran pendidikan pada APBN 2022. Itu baru bunga, belum cicilan pokoknya," kata AHY.

BACA JUGA: Partai Demokrat Menilai Hanya AHY yang Paling Pantas Jadi Wakil Anies Dibanding yang Lain

"Akan kelihatan sosok teknokratis-nya Mas Agus Yudhoyono jika dalam mengkritisi Pemerintah, Mas AHY menyampaikan alternatif pemikiran tentang pembiayaan pembangunan, termasuk dari mana seharusnya biaya untuk penanggulangan pandemi Covid 19 yang lalu itu, jika pilihannya bukan utang," tukas Arsul lewat akun Twitter, Minggu, 16 Juli 2023.

Menurut anggota Komisi III DPR RI itu, ketika yang disampaikan adalah hanya soal keadaan ekonomi Indonesia, (yang itu pun bisa diperdebatkan) dan besaran utang yang dibuat selama Pemerintahan Jokowi saja. 

"Dan itupun tidak disertai dengan misalnya perbandingan pertumbuhan ekonomi kita dengan negara-negara lain seperti BRICS + Argentina, Turkiye disertai dengan beban utang LN berbanding GDP mereka, maka pidato Mas AHY menjadi tidak mengasyikkan. Tidak membawa pencerahan baru atau pemikiran tentang perubahan paradigma pembiayaan pembangunan," katanya.

Bisa jadi sambung Arsul, Menteri Keuangan Sri Mulyani atau bahkan Jubir Kemenkeu Prastowo Yustinus hanya senyum-senyum saja mendengarnya. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya