Jakarta - Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Bidang Ekonomi dan Keuangan, Anis Byarwati, menyoroti pelambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2024.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, Produk Domestik Bruto (PDB) triwulan III 2024 tumbuh 4,95% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan II 2024 yang mencatat pertumbuhan 5,05%. Menurut Anis, penurunan ini menandakan lemahnya kondisi perekonomian nasional.
Di Kompleks Parlemen, Senayan, Anis menjelaskan bahwa sektor industri pengolahan — yang merupakan penggerak utama ekonomi nasional — hanya mampu tumbuh sebesar 4,72%.
Ia menambahkan, beberapa sektor memang menunjukkan pertumbuhan tinggi seperti jasa lainnya (9,95%), transportasi dan pergudangan (8,64%), serta penyediaan akomodasi dan makan minum (8,33%).
“Namun, laju pertumbuhan sektor-sektor utama seperti industri pengolahan menunjukkan pelambatan,” ujar anggota Komisi XI DPR ini, Rabu, 6 November 2024.
Dari sisi pengeluaran, Anis menyebut komponen ekspor barang dan jasa tumbuh sebesar 9,09%, sedangkan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) meningkat 5,15%.
Kendati demikian, ia mengingatkan bahwa konsumsi rumah tangga — mesin utama ekonomi Indonesia — melambat dengan pertumbuhan hanya sebesar 4,91%, turun dari dua triwulan sebelumnya.
Anis mengaitkan melemahnya konsumsi ini dengan penurunan daya beli masyarakat yang berdampak pada deflasi selama lima bulan terakhir sejak Mei 2024.
“Lemahnya daya beli ini memperlihatkan adanya penggerusan pada kelas menengah yang menjadi penopang utama konsumsi nasional,” tambahnya.
Lebih lanjut, Anis mengungkapkan bahwa industri manufaktur mengalami kontraksi yang cukup mengkhawatirkan. Purchasing Managers` Index (PMI) Manufaktur Indonesia terus berada dalam level kontraksi, mencapai 49,2 pada Oktober 2024, yang mencerminkan turunnya permintaan dan produksi.
Dalam konteks yang lebih luas, Anis menilai perlambatan ekonomi ini sebagai sinyal penting bagi pemerintahan Presiden Prabowo untuk melakukan perbaikan struktural pada sektor industri.
“Pemerintah harus memfokuskan diri pada pendalaman industri dengan pendekatan hilirisasi di berbagai sektor seperti pertanian, perkebunan, kelautan, dan perikanan, tidak hanya terbatas pada mineral,” tegasnya.
Menurut Anis, pemerintahan baru harus mengambil langkah segera untuk menstimulasi sektor manufaktur agar mampu kembali menjadi lokomotif ekonomi.
"Pelemahan ekonomi triwulan III 2024 ini harus menjadi momen evaluasi untuk mendorong kebijakan ekonomi yang berpihak pada peningkatan daya beli dan memperkuat sektor-sektor kunci," pungkasnya.[]