Jakarta - Tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr Ciptomangunkusumo, Jakarta, dengan dugaan hepatitis akut meninggal dunia dalam kurun waktu berbeda dengan rentang dua minggu terakhir hingga 30 April 2022.
Ketiga pasien ini merupakan rujukan dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat.
Prof Zubairi Djoerban yang dikenal sebagai dokter spesialis penyakit dalam dan Ketua Satgas Covid-19 IDI mengulas hepatitis misterius ini di akun Twitternya, dilihat Senin, 2 Mei 2022.
Menurut Prof Zubairi, hepatitis misterius pada anak-anak jadi bahasan hangat belakangan ini di seluruh dunia.
"Seratusan kasus dilaporkan, termasuk tiga anak di Indonesia yang meninggal. Apa yang sebenarnya terjadi dan apa penyebab hepatitis misterius ini?" kata Prof Zubairi.
Disebutnya, para ahli sedang menyelidiki, termasuk di Indonesia. Sebagian ketemu Adenovirus 41, sebagian ketemu SARS-CoV2, sebagian kombinasi dua virus itu, dan masih mungkin dipicu penyebab lain.
"Apa itu Adenovirus? Virus umum yang sebabkan berbagai penyakit pilek, demam, sakit tenggorokan, bronkitis, pneumonia, dan diare. Adenovirus 41 belum pernah terkait dengan hepatitis, dan patogen umum ini biasanya bisa sembuh sendiri," bebernya.
Baca juga:
3 Anak di Jakarta Meninggal Dunia Diduga Akibat Hepatitis Akut
Seberapa serius hepatitis misterius ini, menurut Prof Zubairi amat serius. Karena beberapa anak meninggal. Bahkan 10 dari 145 pasien dengan hepatitis akut ini memerlukan transplantasi hati, di Inggris.
Untuk mendiagnosis hepatitis misterius ini, Prof Zubairi mengatakan, belum ada tes yang memastikan.
Tapi syaratnya adalah pasien harus negatif terhadap virus hepatitis A, B, C, D, E dan dengan kadar enzim transaminase lebih dari 500 unit per liter.
Yang bisa terinfeksi dengan hepatitis aku ini menurut WHO, kata Prof Zubairi, rentang usia pasien yang diidentifikasi sejauh ini antara bayi berusia satu bulan hingga remaja berusia 16 tahun.
Untuk gejalanya sebagian besar anak-anak ini mengalami masalah gastrointestinal terlebih dahulu, diikuti penyakit kuning. Tes laboratoriumnya juga menunjukkan tanda-tanda peradangan hati parah. Sebagian besar anak tidak mengalami demam.
Jika dikaitkan dengan vaksin Covid-19, dikatakannya, hipotesis ini tidak didukung data, karena sebagian besar anak-anak yang terkena hepatitis misterius ini justru belum menerima vaksinasi Covid-19. []