News Kamis, 10 Agustus 2023 | 16:08

PSI Sesalkan Hoaks yang Beredar Seputar Meninggalnya Enam Warga Papua Tengah

Lihat Foto PSI Sesalkan Hoaks yang Beredar Seputar Meninggalnya Enam Warga Papua Tengah Kondisi kekeringan melanda Papua Tengah. (Foto: Kompas)
Editor: Tigor Munte

Jakarta - Enam warga di Papua Tengah dikabarkan meninggal dunia. Terjadi simpang siur informasi soal penyebabnya.

Sebelumnya disebut karena kelaparan, namun kemudian dikoreksi oleh pemerintah dengan menyebut karena diare. 

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mendukung tindakan dan langkah cepat pemerintah mengatasi situasi di Papua Tengah.

"Ada kabar liar yang beredar terkait meninggalnya enam warga di Papua Tengah. Mereka dikabarkan meninggal karena kelaparan. Padahal faktanya tidak seperti itu. Wakil Presiden KH Ma`ruf Amin membantah kabar tersebut. Beliau berkata, ke-6 warga tersebut meninggal karena diare muntah dan dehidrasi," kata kader PSI Joedea Aris Theofilus.

Joedea yang berbicara melalui kanal YouTube PSI dilansir Opsi, Kamis, 10 Agustus 2023 menyebutkan, apa yang disampaikan oleh wapres sudah sesuai dengan fakta di lapangan, diare itu bukan karena kelaparan. 

Melainkan disebabkan oleh kesalahan dalam mengkonsumsi makanan. Selain itu kata dia, kelaparan sifatnya itu masif, bukan terjadi pada satu atau dua orang saja. 

Disebutnya, saat ini terjadi kemarau panjang dan cuaca dingin ekstrem di Papua Tengah. Ada sekitar 7.000 jiwa yang terkena dampak, khususnya di Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi.

Musim kemarau yang berkepanjangan dan cuaca dingin yang ekstrem membuat tanaman mudah kering dan busuk. Akibatnya banyak warga yang mengkonsumsinya. Terkena diare, selain itu ada juga warga yang kelelahan dan meninggal karena dehidrasi. 

Salah satunya seorang ibu yang melahirkan secara prematur karena kelelahan dan bayinya meninggal. 

"Namun perlu sama-sama kita ketahui pemerintah sudah melakukan tindakan dengan mengirimkan bantuan ke daerah tersebut. Namun distribusi bantuan terkendala karena sulitnya medan dan cuaca yang buruk. Ditambah lagi ada hambatan dan gangguan dari kelompok teroris," terangnya.

 PSI kata dia, mendukung pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial untuk segera mengambil tindakan menghadapi dampak cuaca ekstrem. 

Ditegaskan Joedea, kekeringan dan masalah kesehatan seperti diare, dan gagal panen di Papua itu sering terjadi.

Oleh karena itu, PSI menyarankan agar pemerintah membangun sistem lumbung sebagai langkah antisipasi. 

PSI yakin sistem lumbung ini tidak hanya membantu selama kemarau, tapi juga mendukung ketersediaan makanan lokal secara berkelanjutan.

BACA JUGA: PSI Koreksi Batas Usia Capres Cawapres, Grace: Kang Denny Pulanglah

"Jadi info yang beredar kalau keenam warga itu meninggal karena kelaparan itu nggak benar sama sekali, alias hoaks. Yuk, sama-sama kita lawan hoaks yang terus beredar di sekitar kita," tandasnya.

Terkait meninggalnya enam warga di Papua Tengah, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy menegaskan enam orang tersebut meninggal karena diare yang dipicu kelaparan.

Muhadjir Effendy merasa kesal penyebab kematian enam warga di Papua Tengah itu sempat diubah. 

Padahal pada kenyataannya, warga di Papua Tengah terpaksa memakan umbi-umbian yang busuk karena tak ada pilihan lain.

“Benar, meninggalnya akibat diare. Nggak ada visum, dokter menyebut meninggal karena kelaparan,” ujar Muhadjir Effendy pada Rabu, 9 Agustus 2023.

“Ya diare itu karena kelaparan. Saya agar marah kemarin di sana. Diplintir, masa ada ini bukan karena kelaparan, tapi diare. Iya diarenya karena lapar,” katanya menambahkan.

Menko PMK menyebut tiga distrik di Papua Tengah mengalami gagal panen. Adapun tiga distrik tersebut antara lain Distrik Agandugume, Lambewi, dan Oneri, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.

El nino menyebabkan tanaman warga busuk karena embun beku dan kabut es. Padahal mereka mengandalkan umbi-umbian untuk dikonsumsi sehari-harinya.

Muhadjir menyebut pemerintah telah mendistribusikan bantuan pokok ke tiga distrik di Papua Tengah. Sebanyak 4.000-an kepala keluarga terdampak gagal panen selama cuaca ekstrem terjadi. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya