Jakarta — Partai Solidaritas Indonesia (PSI) resmi menetapkan tiga nama kandidat ketua umum yang akan bertarung pada pemilihan raya partai mulai 12 hingga 19 Juli mendatang.
Tiga nama ini menepis spekulasi soal kemunculan Presiden Joko Widodo di arena perebutan pucuk pimpinan partai.
Nama Jokowi sempat santer disebut bakal turun langsung memimpin PSI, terutama setelah gagasan ‘partai super tbk’ yang dilontarkannya memicu spekulasi politik di lingkaran relawan dan loyalisnya.
Namun, Plt Ketua Umum PSI Andy Budiman memastikan Presiden ketujuh RI itu tidak masuk bursa.
“Setelah memeriksa kelengkapan dokumen para kandidat, kami nyatakan ketiganya sah maju sebagai calon ketua umum,” kata Andy Budiman di Kantor DPP PSI, Jakarta Pusat, Selasa, 24 Juni 2025.
Dalam daftar, nama Kaesang Pangarep — putra bungsu Jokowi yang juga ketua umum petahana — mendapat dukungan terbesar dari internal partai. Kaesang didukung oleh 10 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) dan 78 Dewan Pimpinan Daerah (DPD).
Sementara itu, dua pesaingnya adalah Ronald Ariston Sinaga atau yang dikenal di media sosial sebagai Bro Ron, serta mantan Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) Agus Mulyono Herlambang. Bro Ron diusung 6 DPW dan 36 DPD, sedangkan Agus mengantongi dukungan 6 DPW dan 24 DPD.
Ketiganya lolos syarat minimal dukungan, yakni sekurang-kurangnya 5 DPW dan 20 DPD.
Dalam prosesnya, ketiganya telah diundi dan memperoleh nomor urut. Ronald Sinaga menempati nomor urut 1, Kaesang nomor urut 2, dan Agus Mulyono nomor urut 3.
PSI akan memberi ruang kampanye bagi para calon untuk menyampaikan visi, misi, dan agenda kepartaian ke seluruh kader. Penentuan suara dilakukan secara elektronik atau e-voting pada 12-18 Juli. Pemenang akan diumumkan pada Kongres PSI yang dijadwalkan berlangsung di Solo, 19 Juli mendatang.
Pertarungan ini menjadi ujian bagi Kaesang untuk mempertahankan posisi yang sempat memicu kontroversi saat pertama kali ia ditunjuk.
Sementara Bro Ron dan Agus muncul sebagai alternatif wajah baru yang diharapkan bisa membawa nafas segar bagi PSI yang belakangan dikenal agresif membidik pemilih muda.
Dengan bursa yang final tanpa nama Jokowi, PSI menegaskan arah partai tetap di jalur regenerasi dan penguatan kader internal — bukan sekadar menumpang popularitas nama besar.[]
