News Senin, 25 April 2022 | 15:04

Puncak HKB 2022 di Kawasan Gunung Merapi, Suharyanto Ungkap Sisi Keunikan Warganya

Lihat Foto Puncak HKB 2022 di Kawasan Gunung Merapi, Suharyanto Ungkap Sisi Keunikan Warganya Konferensi pers menuju puncak peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) Tahun 2022 di Pendopo Kantor Bupati Sleman, 25 April 2022. (Foto: BNPB)
Editor: Tigor Munte

Sleman -  Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2022 digelar di kawasan Gunung Merapi. Pemilihan lokasi ini karena warga di sana sudah memahami langkah dalam menghadapi bencana. 

Hal itu diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto dalam keterangan pers menjelang HKB 2022 di Pendopo Bupati Sleman, DIY pada Senin, 25 April 2022.

Dia mengatakan, pengalaman bertahun-tahun masyarakat yang tinggal harmoni di kaki Gunung Merapi membentuk kesadaran dan kearifan lokal. 

"Masyarakat sudah paham langkah-langkah yang harus dilakukan apabila Merapi mengalami erupsi," kata eks Pangdam Brawijaya itu. 

Suharyanto mencontohkan, salah satu langkah masyarakat di Gunung Merapi yang cukup unik adalah adanya pengungsian untuk hewan ternak. 

Tidak hanya berfokus pada keselamatan warga, namun juga keberlangsungan ekonomi jangka panjang bagi masyarakat itu sendiri. 

Suharyanto berharap, kesiapsiagaan masyarakat di Gunung Merapi dapat menjadi contoh daerah lain. 

Baca juga:

BNPB Persiapkan Langkah Antisipasi Dampak Bencana Saat Mudik Lebaran 2022

Khususnya bagi masyarakat yang tinggal di gunung berapi lainnya, mengingat Indonesia memiliki 127 gunung api yang masih aktif. 

Dia lalu mengimbau kepada seluruh unsur pentaheliks untuk berpartisipasi dalam puncak peringatan HKB 2022 dengan membunyikan lonceng atau sirine pukul 10.00 waktu setempat dan melakukan simulasi evakuasi mandiri. 

Dia mengingatkan bahwa peringatan HKB yang diselenggarakan tiap tahunnya bukan hanya sekadar perayaan seremonial. 

Peringatan HKB adalah media untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan sebagai bangsa, khususnya masyarakat yang ada di daerah rawan bencana, untuk meningkatkan kapasitas dalam menghadapi bencana.

Peran aktif seluruh pihak pentaheliks (pemerintah, dunia usaha, akademisi, masyarakat, dan media) sangat penting untuk keefektifan pengurangan risiko bencana. 

Artinya, masyarakat harus bisa berpartisipasi dalam meningkatkan kapasitas, mulai dari tingkat individu, keluarga, hingga komunitas. 

"Masyarakat bukan hanya sebagai objek saat bencana tiba, tapi juga harus bertindak sebagai subjek," tukasnya. []



Berita Terkait

Berita terbaru lainnya