News Jum'at, 11 Maret 2022 | 13:03

Rafli Kunjungi Mercusuar Willem Toren III, Peninggalan Belanda di Aceh

Lihat Foto Rafli Kunjungi Mercusuar Willem Toren III, Peninggalan Belanda di Aceh Anggota DPR RI Rafli mengunjungi monumen navigasi Mercusuar Willem Toren III, di hutan Kampung Meulingge, Pulau Breuh, Kecamatan Pulau Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Rabu, 9 Maret 2022.(Foto:Opsi/Dok. Rafli)

Jakarta - Mengisi kunjungan kerja ke pulau terluar Indonesia, anggota DPR RI Rafli mengunjungi monumen navigasi Mercusuar Willem Toren III, di hutan Kampung Meulingge, Pulau Breuh, Kecamatan Pulau Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Rabu, 9 Maret 2022.

Bangunan bersejarah nan kokoh ini memiliki usia yang sudah melebihi satu abad. Diketahui, bangunan tersebut didirikan saat Belanda menjajah Bumi Serambi Mekkah, tahun 1875 silam. Mercusuar itu juga memiliki tinggi 85 meter dengan ketebalan dindingnya mencapai 1 meter.

"Kita tiba disini, di ujung barat Indonesia. Betul-betul menggugah kita. Melihat strategisnya negeri kita di lintas transportasi laut perdagangan dunia. Setiap kapal melintasi di hadapan negeri kita, walaupun tidak memberi kontribusi seperti masa lampau saat kapal kapal dagang yang melintas transit di Aceh," kata Rafli dalam keterangannya, Jumat, 11 Maret 2022.

"Biarlah masa lalu jadi motivasi untuk kita terus memacu kemajuan berpikir menjeput masa depan," sambungnya.

Mercusuar Willem Toren III, di hutan Kampung Meulingge, Pulau Breuh, Kecamatan Pulau Aceh, Kabupaten Aceh Besar.(Foto:Opsi/Dok. Rafli)

Dalam catatan sejarah menjelaskan, mercusuar ini mengadopsi nama sang raja yang menguasai Luksemburg (1817-1890), yakni Willem Alexander Paul Frederik Lodewijk. Menara ini terletak di dalam sebuah kompleks seluas 20 hektare.

Dahulu pemukiman ini diisi oleh perwira-perwira Belanda untuk mengawasi kapal-kapal yang melintas di jalur laut internasional pertemuan Selat Malaka dan Samudera Hindia.

Oleh sebab itu, Rafli mengajak semua kalangan melihat panorama bagian ujung paling barat Indonesia ini.

Menurutnya, lampu raksasa kuno yang tak terpakai di bagian atas mercusuar menjadi bukti betapa berjasanya menara ini di masa lampau.

"Sebelum ke sini, siapkan stamina ya. Menghadap ke utara, terlihat Pulau Weh, Sabang memanjang biru di seberang lautan. Dari kejauhan juga terlihat Rondo, pulau terluar di Indonesia yang tanpa penghuni tapi dijaga TNI Angkatan Laut, serta petugas navigasi kelautan," ujarnya sambil bercanda mengingat medan ke lokasi itu cukup menantang fisik.

Dia mengatakan, jika berangkat dari Kota Banda Aceh, pengunjung harus menyeberang dengan kapal menuju Pulau Breuh.

Ke tempat itu, lamanya perjalanan sekitar 2 jam jika berangkat dari Pelabuhan Ule Lheu, Banda Aceh.

Menuju Mercusuar Willem`s Toren III menempuh jarak tempuh sekitar 45 menit setelah tiba di Pulau Breuh.

Akses jalannya terjal dan berliku. Untuk mencapai puncak menara, para pengunjung harus menaiki 174 anak tangga yang terbuat dari besi berukir.

Pembangunan Mercusuar Willem disinggung dalam Onze Vestiging in Atjeh, sebuah buku tentang perang Aceh yang ditulis Mayor Jenderal G.F.W Borel.

Ratusan orang diangkut dari Ambon untuk membangun menara suar ini. Juga ratusan warga lokal yang dipaksa ikut terlibat dalam pembangunannya.[]

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya