Jakarta - Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, menyampaikan pidato penuh semangat di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memperingati Hari Internasional Penghapusan Total Senjata Nuklir.
Dalam pidatonya, Retno menegaskan komitmen Indonesia untuk menghapuskan senjata nuklir di seluruh dunia.
"Sebanyak 13.000 senjata nuklir masih dimiliki oleh beberapa negara, termasuk yang berada di luar NPT (Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir)," ujar Retno.
Ia menyoroti bahwa meskipun dunia memimpikan masa depan yang penuh harapan, kenyataannya kita masih berada di bawah bayang-bayang ancaman kehancuran nuklir.
Retno juga menyoroti kekhawatiran global atas mundurnya kesepakatan-kesepakatan pengendalian senjata, meningkatnya retorika nuklir yang agresif, serta kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) yang semakin memperumit risiko nuklir.
"Dalam perkembangan yang suram ini, kita harus bertanya pada diri sendiri: Apakah rasa takut terhadap senjata nuklir menjadi jaminan perdamaian? Jawaban Indonesia akan selamanya tidak," tegasnya.
Pada forum tersebut, Menlu Retno juga resmi menyampaikan instrumen ratifikasi Perjanjian Pelarangan Senjata Nuklir (TPNW) kepada PBB pada 25 September lalu.
Ia menegaskan kembali bahwa Indonesia menolak berdiam diri di tengah ancaman perang nuklir yang hari ini lebih tinggi daripada masa Perang Dingin.
Retno menyerukan fokus global pada tiga langkah aksi konkret:
1. Negosiasi Perlucutan Senjata: Pemimpin dunia harus memulai negosiasi perlucutan senjata dengan sungguh-sungguh. "Kita harus memperbarui kemauan politik dan menggandakan upaya kita untuk memajukan perlucutan senjata, membangun kembali kepercayaan, dan bergerak menuju dunia bebas senjata nuklir," ujarnya.
2. Menghadapi Risiko Teknologi: Pentingnya regulasi yang kuat dan pengendalian yang ketat untuk mencegah meningkatnya ancaman konflik nuklir akibat kemajuan teknologi.
3. Menjaga Perdamaian: Mendorong persatuan dan kerja sama, serta mengesampingkan perpecahan. "Untuk membangun perdamaian, kita harus mengesampingkan perpecahan, ketidakpercayaan, dan paradigma lama, serta memilih persatuan, kerja sama, dan komitmen terhadap perdamaian," tambahnya.
Retno juga mengingatkan bahwa pilihan-pilihan yang dibuat hari ini akan membentuk dunia bagi generasi mendatang. "Rasa takut tidak boleh menjadi penentu masa depan kita. Indonesia tetap teguh dalam tujuannya untuk penghapusan total senjata nuklir," tutupnya.[]