Badung – Satuan Tugas Gabungan Penanganan Covid-19 memastikan seluruh peserta Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7 pada 23 – 28 Mei 2022 di Bali bebas dari Covid-19.
Hingga hari ke-5 penyelenggaraan, pengendalian berjalan secara optimal. Hal itu disampaikan Ketua Tim Pakar dan Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nasional Wiku Adisasmito.
Pihaknya kata dia, memastikan peserta dan panitia pada tempat penyelenggaraan GPDRR terskrining dengan baik.
Memastikan pelaksanaan protokol kesehatan (prokes) yang ketat dan disiplin dalam setiap perhelatan yang melibatkan banyak peserta.
“Selain protokol kesehatan yang ketat selama acara, panitia juga telah memastikan bahwa setiap partisipan yang ikut langsung dalam acara sudah dinyatakan negatif dari Covid-19,” ujar Wiku, Jumat, 27 Mei 2022.
Sementara peserta dan panitia teridentifikasi positif Covid-19 telah dipantau Satuan Tugas Penanganan Covid-19.
Mereka yang positif melakukan isolasi mandiri di hotel dengan pantauan ketat dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19.
Baca juga:
Indonesia Rawan Bencana, Jokowi: Dalam Sebulan Terjadi 500 Kali Gempa
Wiku menyampaikan pihaknya juga telah melakukan tracing terhadap orang-orang yang melakukan kontak erat.
“Hasil tracing tersebut dengan kontak erat hasilnya negatif,” ujar Wiku.
Wiku menyampaikan, pihaknya selalu berkoordinasi dengan UNDRR mengenai penanganan Covid-19.
UNDRR juga tergabung dalam Satuan Tugas Gabungan atau Joint Task Force Covid-1 selama penyelenggaraan GPDRR ke-7.
Mengantisipasi penularan virus Covid-19, Wiku menegaskan, prosedur implementasi prokes dirancang dengan komprehensif.
Prosedur diterapkan mulai dari persyaratan kedatangan, partisipasi dalam acara, serta upaya kontinjensi yang disiapkan seandainya ada kasus positif.
Pada kesempatan itu, Wiku mengatakan perhelatan GPDRR telah menunjukkan kemampuan masyarakat global untuk lebih tangguh dalam menghadapi bencana alam maupun nonalam.
“Semangat gotong royong Indonesia dalam menghadapi pandemi diharapkan dapat menjadi contoh yang baik bagi masyarakat internasional,” tambahnya.
Di akhir, Wiku menggarisbawahi, Indonesia percaya inklusivitas dalam usaha untuk menghadapi bencana merupakan kunci terciptanya resiliensi global dan berkelanjutan. []