News Kamis, 12 Mei 2022 | 18:05

Sebanyak 179 Sapi di Aceh Timur Diduga Terserang Penyakit Mulut dan Kuku

Lihat Foto Sebanyak 179 Sapi di Aceh Timur Diduga Terserang Penyakit Mulut dan Kuku Tim kesehatan hewan memeriksa mulut ternak sapi yang terindikasi penyakit mulut dan kuku (PMK) sebelum dilakukan vaksinasi di pasar hewan Desa Sibreh, Kecamatan Sibreh, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Selasa, 11 Mei 2022. (Foto: ANTARA/Ampelsa)

Jakarta - Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh mengatakan sebanyak 179 sapi di daerah itu diduga terserang penyakit mulut dan kuku (PMK).

"Yang sudah dilaporkan petugas kami sebanyak 179 sapi dengan gejala penyakit mulut dan kuku," kata Kepala Seksi Budi Daya Pengembangan Kawasan dan Penyebaran Ternak Dinas Perkebunan dan Peternakan Aceh Timur, Herryza di Aceh Timur, seperti mengutip ANTARA, Kamis, 12 Mei 2022.

Dia mengatakan 179 sapi memiliki gejala PMK tersebut tersebar di sejumlah kecamatan di Kabupaten Aceh Timur, yakni Ranto Seulamat, Ranto Peureulak, Pante Bidari, dan Pereulak Timur.

Menurutnya, Dinas Perkebunan dan Peternakan sudah menurunkan tim mengecek dan mengambil sampel seperti kroping bekas lukanya, air liur, serum, dan darah sapi tersebut Sampel tersebut.

Lebih lanjut, dia mengatakan hasilnya akan segera dikirim untuk diuji ke laboratorium Balai Veteriner Medan, Sumatra Utara, guna memastikan apakah 179 sapi itu positif atau negatif terpapar PMK.

"Jadi, sebelum hasil laboratorium keluar. kami belum bisa menyatakan apakah sapi-sapi tersebut terjangkit penyakit mulut dan kuku atau terkena penyakit lainnya," ujarnya.

Kendati demikian, dia menuturkan bahwa penyakit mulut dan kuku tersebut tidak berbahaya bagi manusia. Namun, juga perlu diwaspadai dengan cara jaga jarak dan jika bersentuhan harus membersihkan diri seperti cuci tangan.

"PMK itu tidak berbahaya ke manusia, tetapi tetap harus waspada dan tentu jangan mengonsumsi bagian tulang, kaki, dan kepala sapi kecuali dagingnya," tuturnya.

Dia mengatakan PMK menyebabkan angka kematian di bawah lima persen. PMK juga menyebabkan penurunan produktivitas dan gangguan perdagangan ternak dan produk ternak.

"Untuk mengatasi wabah PMK ini dengan menyuntikkan vaksin kepada hewan ternak yang masih sehat maupun menunjukkan gejala serta diobati dengan pemberian antibiotik, vitamin dan obat lain dianggap perlu," ucap Herryza.[]

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya