Daerah Rabu, 08 Desember 2021 | 12:12

Sejarah! Tarian Bedhaya Sapta Kali Pertama Tampil di Luar Keraton dan Yogyakarta

Lihat Foto Sejarah! Tarian Bedhaya Sapta Kali Pertama Tampil di Luar Keraton dan Yogyakarta Tari Bedhaya Sapta ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. (Foto: Opsi/Humas Pemprov Jabar).
Editor: Yohanes Charles

Bandung - Gelaran Gempita Budaya (Gelar Muhibah Pikat Amerta Budaya) Jawa Barat-Yogyakarta pada Selasa 7 Desember 2021 malam menampilkan momen bersejarah, yakni Tarian Bedhaya Sapta dan Beksan Menak Kakung Umarmaya-Umarmadi untuk kali pertama dipentaskan di luar Keraton.

Acara yang digelar di pelataran Jalan Diponegoro (Depan Gedung Sate) tersebut tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Seluruh pengisi acara hingga tamu VIP telah menjalani swab test antigen dan tetap menerapkan protokol kesehatan.

“Tari Bedhaya Sapta itu ternyata adalah Tarian yang diciptakan Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang inspirasinya dari babad Pasundan. Konon katanya ditemukan justru di Gedung Sate pada tahun 1970-an dan kitabnya itu dijadikan inspirasi,” kata Gubernur Jabar Ridwan Kamil.

Kang Emil sapaan Ridwan Kamil menjelaskan, pada zaman dulu, Sultan Agung memerintahkan prajuritnya untuk membuat batas wilayah antara Jawa dan Sunda. Pada perjalanannya, jatuh hati kepada orang Sunda dan menikah.

“Sultan Agung mengirim utusan ke Tanah Sunda untuk membuat batas wilayah. Dalam perjalanannya jatuh cinta dan menikah dengan orang Sunda,” imbuhnya.

Kang Emil juga mengatakan, tarian Beksan Menak Kakung Umarmaya-Umarmadi terinspirasi dari Wayang Golek.

"Makanya gerakan dua yang bertempur itu dibikin seperti sedang dikendalikan oleh dalang,” ucapnya.

“Jadi kesimpulannya yang dibawa oleh Yogyakarta adalah tarian sakral yang ada dan ditampilkan di keraton, yang saya juga baru tahu malam ini bahwa begitu dalam hubungan sejarah Jawa Sunda,” imbuhnya.

Pesan yang dapat dijadikan pelajaran dari kerja sama Jabar-Yogyakarta, menurut Kang Emil, adalah memotivasi semua pihak untuk terus bersatu dan mengurangi pertengkaran karena perbedaan.

“Pesannya adalah inilah yang harus diperbanyak antardaerah, di suasana kebangsaan kita yang bising oleh pertengkaran yang sifatnya tidak fundamental. Sehingga media juga perlu memotivasi persahabatan-persahabatan yang fundamental seperti ini,” tuturnya. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya