Jakarta - Firly Savitri seorang aktivis pendidikan yang juga CEO Ilmuwan Muda Indonesia melalui akun Twitter @firlysavitri membagikan thread soal kualitas pendidikan di Finlandia.
"Kayak gimana sih sistem pendidikan terbaik di dunia? Aku penasaran banget. Setelah diniatin dan nabung, alhamdulillah aku bisa pergi dan mencari tahu langsung dari para guru, murid dan pejabat pendidikan di Finlandia," tulis Firly dikutip Opsi, Sabtu, 6 Mei 2023.
Firly menulis, Finlandia setiap tahunnya kedatangan ribuan orang seperti dirinya. Pendidik yang ingin belajar supaya murid-muridnya semakin betah belajar dan hasilnya beneran impactful buat hidup mereka.
"Aku ikut program Life 2023, di mana peserta bisa tahu sistem pendidikan di Finlandia, visit ke sekolah lihat sendiri proses belajar di kelas dan workshop dengan ahli dan pejabat pendidikan di sana," tuturnya.
Firly mengungkap, dirinya hanya bisa mengungkap hal yang menarik dan tidak bisa menjelaskan secara utuh dan detail soal pendidikan di Finlandia.
Dia memilih menyampaikan lewat thread Twitter.
"Posisi aku di sini masih belajar ya, walau sudah >10 tahun kerja di bidang pendidikan, tapi rasanya masih cupu gitu. What is the best school in Finland? Jawabannya, sekolah terdekat rumah lo!" terangnya.
Disebutnya, pemerataan kualitas pendidikan di Finlandia nyata adanya. Mau sekolah di ibu kota, di desa, di gunung, kualitas guru, fasilitas, dan akses ke materi belajar dan sebagainya semua sama bagusnya.
Firly lalu mengunggah sebuah video yang menunjukkan lokasi sekolah yang dia kunjungi di sebuah kota kecil, 800 kilometer dari Helsinki, ibu kota Finlandia.
"Children`s wellbeing at the heart of education. Educare - Education and Care," tulisnya.
Dipaparkannya, bagian care-nya benar-benar dirasakan oleh murid. Setiap anak punya potensi, kebutuhan, harapan, dan hambatan yang berbeda-beda.
Murid dinilai sesuai progress-nya masing-masing. Murid diberi dukungan dan fasilitas sesuai kebutuhan masing-masing.
"Hasilnya, tingkat persepsi positif murid ke sekolah (khususnya guru) sangat tinggi. Mereka percaya sekolah memang perlu untuk masa depan mereka," bebernya.
BACA JUGA: Maria Siagian, Boru Batak dengan Pilihan Hidup Sebagai Laskar Pendidikan Indonesia
Diungkapnya kemudian tempat belajar selain di sekolah. Ruang publik seperti museum pun punya ahli pedagogi museum, yang merancang aktivitas dan program di museum supaya bisa mendukung apa yang dipelajari di sekolah.
"Sekolah dan museum saling mendukung," tukasnya.
Bagi siswa di Finlandia, ketika ditanya apa yang paling disukainya di sekolah. Setiap murid yang ditanya, kata Firly, semuanya menjawab, "the teachers!"
Guru di Finlandia minimal harus S2 dari universitas ternama, dan seleksinya ketat. Tidak cuma pintar, mereka juga orang-orang yang caring, lifelong learner, humanis dan yang paling penting, mau berubah mengikuti kebutuhan zaman.
"Nggak ada sistem penilaian atau grading untuk guru, karena semua guru sudah dianggap kompeten. Di sana profesi guru dianggap prestigious kayak dokter atau lawyer," ungkapnya lagi.
Firly kemudian menyebut lama jam belajar di sekolah totalnya hanya 4-5 jam per hari. Belajar 45 menit, setelah itu istirahat 15 menit, begitu seterusnya. Masuk sekolah jam 9 pagi.
"Pas aku cerita di Jakarta masuk sekolah jam 6.30, semua peserta pada kaget buanget! Dianggapnya itu kejam karena nggak sesuai dengan perkembangan anak. Bahkan ada yang komentar, it`s inhumane," bebernya.
CEO Ilmuwan Muda Indonesia Firly Savitri. (Foto: Linkedin)
Satu hal lagi soal pendidikan di Finlandia yang ternyata gratis. Tidak cuma SPP, tapi juga makan dengan nutrisi tinggi, buku dan perlengkapan belajar, ongkos buat yang rumahnya >7 km, dan health care termasuk mental health.
"Ini kantin sekolahnya. Sempat intip dapurnya, gile bersih beut!" tulis Firly seraya unggah video dapur tersebut.
Lantas kenapa sistem pendidikan Finlandia tidak diterapkan saja di negara-negara lain, seperti Indonesia, misalnya.
Salah satu jawabannya menurut dia, karena di Finlandia, siapapun politikusnya, pejabat pusat atau daerahnya dari dulu dan seterusnya, mereka peduli dengan pendidikan.
"Nggak akan jadiin pendidikan sebagai alat politik mereka. Sistem pendidikan dirancang sesuai dengan research/science-based, bukan menurut politikusnya atau demi elektabilitas semata," terangnya.
Firly menyebut waktu yang dibutuhkan Finlandia untuk membangun sistem pendidikan sampai sebagus itu kurang lebih 20 tahun.
"Nggak sebentar. Harus konsisten. Pemerintah, pendidik, orang tua, dan masyarakat punya visi yang sama dan terlibat," katanya. []