Jakarta - Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan bahwa bakal calon presiden (Bacapres) Ganjar Pranowo mendapatkan dukungan sebanyak 37,9 persen dari kalangan pemilih kritis.
Dukungan berikutnya didapat oleh Prabowo Subianto sebanyak 33,5 persen, dan Anies Baswedan 19,2 persen. Sementara, 9,4 persen lainnya belum menentukan pilihan.
Demikian SMRC bertajuk "Kualitas Popularitas dan Elektabilitas Bacapres di Pemilih Kritis". Survei yang dilakukan pada 30-31 Mei 2023 melalui telepon ini dipresentasikan Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, pada Senin, 5 Juni 2023.
Dalam presentasinya, Deni menjelaskan bahwa suara Prabowo dan Ganjar seimbang, selisihnya tidak signifikan secara statistik karena kurang dari dua kali margin of error 3,3 persen (selisih di bawah 6.6 persen).
Sementara itu, suara Bacapres Anies Baswedan berbeda signifikan dengan kedua bakal calon presiden lainnya.
Lebih lanjut, ia menunjukkan bahwa dalam 6 bulan terakhir, kesukaan pemilih kepada Anies cenderung semakin melemah. Menurutnya hal ini menjadi salah satu penjelas mengapa elektabilitas Anies cenderung melemah dalam periode ini.
Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto terus bersaing ketat dengan dukungan yang relatif seimbang.
Ganjar diperkirakan masih dapat menaikkan elektabilitas jika kedikenalannya naik. Di kalangan pemilih kritis, Ganjar baru dikenal 89 persen, sementara Prabowo 97 persen, dan Anies 91 persen.
Dalam analisis pada kelompok pemilih yang tahu ketiga calon, Ganjar mendapat dukungan 42,2 persen, unggul signifikan atas Prabowo yang mendapatkan suara 32,1 persen, dan Anies 17,4 persen. Yang belum tahu 8,3 persen.
Di kelompok pemilih kritis yang tahu ketiga calon tersebut, elektabilitas Ganjar Pranowo konsisten berada di atas Prabowo dan Anies.
Pemilihan sampel dalam survei ini dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD). RDD adalah teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak.
Survei terakhir dilakukan pada 30-31 Mei 2023 dengan sampel sebanyak 909 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak.
Margin of error survei diperkirakan ±3.3 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling. Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih.
Deni menjelaskan bahwa pemilih kritis adalah pemilih yang punya akses ke sumber-sumber informasi sosial-politik secara lebih baik karena mereka memiliki telepon seluler sehingga bisa mengakses internet untuk mengetahui dan bersikap terhadap berita-berita sosial-politik.
"Mereka umumnya adalah pemilih kelas menengah bawah ke kelas atas, lebih berpendidikan, dan cenderung tinggal di perkotaan. Mereka juga cenderung lebih bisa memengaruhi opini kelompok pemilih di bawahnya. Total pemilih kritis ini secara nasional diperkirakan 80 persen," ucap Deni.[]