Semarang – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan penghapusan guru honorer harus dilakukan dengan tahapan yang jelas. Termasuk mempertimbangkan persebaran tenaga pendidik, karena kebutuhan tenaga pendidik masih cukup tinggi.
“Kalau (penghapusan) honorer, saya kira mesti ada tahapannya ya. Jangan langsung karena kalau langsung dihapus, tenaganya kurang itu akan menyulitkan. Apalagi kalau kita bicara guru, itu kurangnya masih banyak, termasuk persebarannya,” kata Ganjar, seusai membuka Kongres ke-3 Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGSI), di Grhadhika Bhakti Praja, Semarang, Sabtu 30 Juli 2022.
Ganjar menjelaskan, ada dua cara yang bisa dilakukan terkait hal itu. Pertama, pengurangan secara pelan-pelan dan bertahap. Kedua, mendorong penggunaan teknologi untuk menggantikan.
“Satu, tahapnya dikurangi, feed out pelan-pelan. Kedua, mendorong penggunaan teknologi, sehingga kalau mereka tidak ada teknologi bisa menggantikan. Selama itu tidak bisa, ya kebutuhan itu masih ada,” katanya.
Ditambahkan, persebaran tenaga pendidik saat ini masih kurang merata. Masih ada daerah yang kekurangan tenaga pendidik. Maka dari itu penghapusan guru honorer juga harus mempertimbangkan hal itu.
“Kalau kita mau hitung (kebutuhan dan jumlah guru), kemudian disebarkan. Biasanya kalau mau disebarkan agak jauh, harus negosiasi dulu dengan person-nya,” ungkap Ganjar.
Dalam Kongres PGSI, gubernur meminta para guru swasta juga memiliki program untuk mengantisipasi perkembangan zaman, khususnya mengenai transfer of knowledge dan transfer of value.
Baca juga:
Suka Duka Jadi Nelayan di Mamuju Sulawesi Barat, Terkendala di Es Balok
Bamsoet Dukung Japnas Jadi Komponen Pembangkit Bangsa dan Negara
Meski sebenarnya, rata-rata para guru sudah memahami tantangan itu, namun dalam praktiknya, guru, terutama guru honorer, masih dihadapkan dengan beberapa masalah. Di antaranya terkait kesejahteraan guru honorer di sekolah swasta. Terkait hal itu, Ganjar mendorong yayasan yang menaungi sekolah swasta untuk lebih memperhatikan kesejahteraan tenaga pendidiknya.
“Hanya memang mereka punya problem yang cukup serius, dalam arti bagaimana (guru) swasta bisa berkontribusi untuk pengembangan dunia pendidikan. Banyak sekali (guru) swasta yang bagus tetapi pendapatannya belum bagus. Makanya tadi disampaikan kesejahteraan guru yang mendapatkan perhatian. Yayasan diminta untuk lebih perhatian, khususnya dalam manajerial dan kesejahteraannya. Ini menurut saya menjadi penting dan itu bisa disubsidi silang sebenarnya,” ungkap Ganjar.
Menurutnya, sekolah swasta juga harus menyiapkan alternatif dalam menghadapi tantangan zaman yang terus berubah. Baik kurikulum, metode, maupun sumberdaya, harus dikelola sesuai perkembangan zaman. Sebab hal itu akan bermanfaat untuk kesiapan pelajar, ketika sudah lulus dari sekolah.
“Kelak kemudian itu tentu akan bisa bermanfaat bagi peserta didik. Mereka lulus kemudian lanjut ke perguruan tinggi, lulus kemudian mereka bekerja. Itu mesti disiapkan dengan baik. Saya senang dari PGSI membawa semangat kemanusiaan, persatuan Indonesia, semangat kebangsaan, dan itu nilai-nilai yang perlu ditanamkan kepada anak sejak dini,” tandasnya. []