News Rabu, 29 Desember 2021 | 12:12

Tidak Perlu Paranoid dengan Omicron

Lihat Foto Tidak Perlu Paranoid dengan Omicron Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander K Ginting. (Foto: Tangkapan layar YouTube)
Editor: Tigor Munte

Jakarta - Masyarakat diminta untuk tidak terlalu takut, khawatir apalagi paranoid dengan varian omicron yang kini kasusnya sudah sebanyak 47 di Indonesia. Sepanjang vaksinasi dan protokol kesehatan dijalankan, hal itu tidak terlalu mengkhawatirkan.

Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander K Ginting menegaskan hal itu dalam keterangan resminya melalui YouTube Kemkominfo TV, Rabu, 29 Desember 2021.

"Walaupun ada bahaya omicron, tetapi kita tidak perlu menjadi panik. Tidak perlu menjadi takut, tidak perlu kita paranoid. Yang penting, kalau kita sudah vaksinasi dua kali dan kemudian tetap menggunakan masker kalau ke luar rumah, kita tetap menjaga jarak, kemudian kita mencuci tangan, kita gak perlu khawatir," kata Alexander.

Dikatakannya, meski terinfeksi varian omicron, tidak seberat waktu varian delta. Karena memang karakternya berbeda. Saat varian delta menyerang dan mengakibatkan banyak kasus hingga kematian, waktu itu belum ada vaksinasi seperti saat ini.

"Tetapi sekarang kita sudah hampir 70 persen melaksanakan vaksinasi dosis pertama. Vaksinasi adalah salah satu cara agar penyakit itu walaupun terinfeksi tidak menjadi berat. Sehingga kita harus mengajak seluruh masyarakat yang belum divaksinasi untuk bisa divaksin," terangnya.

Baca juga:  Antisipasi Omicron Jelang Nataru, DPR Minta Pemerintah Perketat Pintu Masuk Indonesia

Maka itu dia mengingatkan warga agar tidak ragu atau memilih-milih jenis vaksin, serta tidak perlu bertanya sana sini apa efek sampingnya. Karena semua vaksin yang saat digunakan sudah lolos dari rekomendasi dan dikaji. Sudah lolos dari rekomendasi BPOM, kemudian juga sudah dibuktikan dan direkomendasi oleh badan World Health Organization (WHO).

"Sehingga vaksinasi ini, baik untuk lansia harus terjaga. Orang disabilitas harus divaksin, dan juga ibu-ibu hamil, mereka yang jauh dari pusat keramaian, daerah terpencil, pesisir, harus bersama-sama menerima vaksinasi tersebut," tegasnya.

Ditambahkannya, pemerintah juga saat ini sudah menyiapkan vaksinasi untuk anak usia 6 tahun-11 tahun. Ini bisa dikerjakan  kalau di daerah tersebut dosis pertamanya untuk orang dewasa sudah mencapai 70 persen, dan lansia sudah di atas 60 persen. 

Ini berkaitan, kalau anak-anak mau divaksinasi harus dituntaskan dulu target vaksinasi dewasa dan tuntaskan untuk vaksinasi lansia. Sehingga anak-anak bisa divaksinasi.

Karena anak-anak ini masih usia 6-11 tahun, tidak mungkin dia mendaftarkan sendiri, tapi orang tuanya. Bisa dilakukan di sekolah, di kelurahan, bisa dilakukan di sentra vaksinasi untuk anak-anak.

Dan ini menurut dia perlu, karena anak-anak sudah lebih satu tahun bahkan hampir dua tahun tidak ke sekolah untuk belajar. Jadi kalau anak-anak sudah divaksinasi tidak perlu khawatir lagi, tetapi dengan kewaspadaan yang tinggi anak-anak diberangkatkan ke sekolah.

"Demikian juga guru-guru sudah divaksinasi, semua yang kerja di sekolah sudah divaksinasi. Maka kasus covid di anak sudah diminimalisasi, kasus covid untuk dewasa juga diturunkan. Kendati varian omicron sering dikatakan melanda usia muda, tapi dengan adanya vaksinasi, anak-anak bisa dilindungi," terangnya. 

Ditegaskannya, meski omicron itu gejalanya lebih ringan, tetapi tetap membuat sakit flu, sakit tenggorokan, tetap ada demam, dan meningkatkan juga kapasitas rawat inap di rumah sakit. "Jadi di samping vaksinasi, prokes juga harus kita kerjakan sebaik mungkin," tandasnya. []      

    

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya