Daerah Senin, 27 Desember 2021 | 13:12

Tiga Prajurit TNI Penabrak Handi Saputra dan Salsabila Ditahan di POM AD

Lihat Foto Tiga Prajurit TNI Penabrak Handi Saputra dan Salsabila Ditahan di POM AD Peristiwa tabrakan Hendi Saputra dan Salsabila sempat difoto warga. (Foto: Instagram/InfoJawabarat)
Editor: Rio Anthony

Bandung - Tiga prajurit TNI yang terlibat kecelakaan di Nagreg, Kabupaten Badung yang menewaskan sejoli bernama Handi Saputra dan Salsabila ditahan di POM AD .

Ketiga tersangka yang ditahan tersebut berinisial Kolonel Infantri P, Kopral Satu DA, dan Kopral Dua A. Ketiga prajurit TNI tersebut membuang jenazah Handi dan Salsabila ke sungai setelah ditabrak.

"Ketiga tersangka di akhir pekan kemarin sudah di bawah pengawasan atau penyidikan langsung oleh Polisi Militer Angkatan Darat. Jadi, tadinya perkara itu ada di Pomdam III/Siliwangi, Pomdam IV/Diponegoro, Pomdam XIII/Merdeka pada saat ini sudah mulai dipusatkan di POM AD," ujar Komandan Pusat Polisi Militer Angkatan Darat, Letjen TNI Chandra Warsenanto Sukotjo saat memberikan keterangan pers di Garut, Senin 27 Desember 2021.

Chandra belum memberikan informasi terkait kronologis peristiwa tersebut. POM AD bersama instansi terkait masih melakukan penyidikan terhadap kasus ini.

"Secara umum, pada saat kecelakaan lalu lintas itu terjadi di TKP yang tidak jauh dari sini dikemudikan oleh Koptu DA, dan Kolonel P dan Kopda A menumpang pada kendaraan tersebut," tuturnya.

"Jadi, POM AD mendapatkan dukungan yang luas dari Polri maupun instansi lainnya dan kita akan dapatkan alat-alat bukti maupun keterangan-keterangan saksi yang akan membuat jelasnya perkara ini," ucapnya.

Tiga prajurit tersebut melanggar UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya, antara lain Pasal 310 (ancaman pidana penjara maksimal 6 tahun) dan Pasal 312 (ancaman pidana penjara maksimal 3 tahun).

Selain itu, tiga orang tersebut juga dijerat KUHP Pasal 181 (ancaman pidana penjara maksimal 6 bulan), Pasal 359 (ancaman pidana penjara maksimal 5 tahun), Pasal 338 (ancaman pidana penjara maksimal 15 tahun), Pasal 340 (ancaman pidana penjara maksimal seumur hidup).

"Tentunya ini sudah pasal yang berat. Nanti kita lihat bagaimana hasil pemeriksaan siapa yang menjadi otak di belakangnya, yang memberikan motivasi untuk melakukan perbuatan yang tidak berperikemanusiaan ini," tutur Chandra. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya