Hukum Rabu, 27 Maret 2024 | 21:03

Tim Hukum AMIN Tuding Jokowi Tak Netral di Pilpres 2024

Lihat Foto Tim Hukum AMIN Tuding Jokowi Tak Netral di Pilpres 2024 Tim hukum AMIN. (Foto: Kompas TV)
Editor: Rio Anthony

Jakarta - Tim Hukum Nasional (THN) pasangan capres-cawapres nomor urut 1 Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN), Bambang Widjojanto menyebut melonjaknya suara Prabowo Subianto di Pilpres 2024 karena tindakan tidak netral Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Kata dia, Presiden Jokowi terlibat langsung dalam Pilpres 2014, 2019 dan 2024.

Menurut penjelasannya, berdasarkan sejumlah survei, pada 2023 atau sebelum menggandeng Gibran Rakabuming Raka, elektabilitas Prabowo hanya berkisar diangka 24,6 persen.

Namun saat dipasangkan dengan putra sulung Jokowi tersebut, elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran naik di atas 30 persen dan melejit sampai 51,8 pada Februari 2024 sebelum pemungutan suara.

"Dengan menyandingkan survei antara sebelum dan sesudah adanya intervensi kekuasaan, terdapat kenaikan tidak wajar sebesar 34 persen hanya dalam kurun waktu 5 bulan terhitung dari Okteober 2023-Februari 2024," ujarnya dalam sidang sengketa Pilpres 2024 di MK, Rabu 27 Maret 2024.

"Ini sesuatu yang sangat luar biasa menunjukkan ada intensi kecurangan yang dahsyat," sambungnya.

Ia pun menyebut, lonjakan suara Prabowo-Gibran tak lepas dari adanya pelanggaran berupa keterlibatan lembaga kepresidenan.

Karena kata dia Jokowi melakukan kampanye terselubung dalam kunjungan kerjanya ke berbagai daerah yang disertai pembagian bantuan sosial atau Bansos.

"Area operasi kunjungan Jokowi adalah wilayah di mana Prabowo Subianto ternyata meraih suara rendah pada Pemilu 2014 dan 2019 dengan sasaran pemilih diperkirakan 27 juta," ucapnya.

"Kunjungan Pak Joko Widodo, yang paling bawah, di Jawa Tengah itu bansosnya luar biasa, intervensi terhadap aparaturnya luar biasa, dan kenaikan perolehan angka paslon 02 juga luar biasa," jelasnya.

Ia kemudian mengambil contoh raihan suara Prabowo di Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Di mana Pada 2014 raihan suara Prabowo yang kala itu yang maju bersama Hatta Rajasa hanya meraih 21,91 persen.

Kemudian, di 2019, suara Prabowo-Sandiaga Uno anjlok menjadi 9,01 persen.

Baca juga: Paslon 1 dan 3 Minta Pemilu Ulang, Ini Jawaban Menohok Gibran

"Tapi di tahun 2024 menjadi 75,39 persen itu artinya incredible, terjadi kenaikan 66,38 persen," ucapnya.

Berdasarkan riset tersebut, pihaknya pun meyakini bahwa intervensi bansos, penggunaaan aparat-aparat negara dapat mempengaruhi peningkatan suara Prabowo-Gibran.

"Kami meyakini angka itu terjadi bukan karena kehebatan pemilih dalam memilih calon terbaiknya tapi ada intervensi luar biasa dari bansos, kunjungan-kunjungan dan sebagian aparatur serta the all of the president`s men," tegas Bambang. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya