Daerah Jum'at, 08 Maret 2024 | 16:03

Wali Kota Siantar Kenakan Pakaian Adat Simalungun Saat Musrenbang RKPD Sumut 2025

Lihat Foto Wali Kota Siantar Kenakan Pakaian Adat Simalungun Saat Musrenbang RKPD Sumut 2025 Wali Kota Pematangsiantar, Susanti Dewayani. (Foto:Istimewa)

Siantar - Wali Kota Pematangsiantar, Susanti Dewayani menerima penghargaan terbaik 1 Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) Provinsi Sumatra Utara (Sumut) Tahun 2024. 

Penghargaan diterima langsung dari Pj Gubernur Sumut Hassanudin pada acara pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumut Tahun 2025, Medan, Jumat, 8 Maret 2024.

Usai menerima penghargaan, Susanti mengucapkan terima kasih kepada masyarakat atas dukungan yang diberikan sehingga Kota Pematangsiantar dapat meraih prestasi tersebut.

"Tentunya hal ini menambah motivasi dan semangat untuk terus memajukan Kota Pematangsiantar," kata Susanti.

Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Pj Gubernur Sumut Hassanudin atas penghargaan terbaik 1 PPD Tahun 2024 yang diberikan kepada Kota Pematangsiantar.

Sebelumnya, saat menuju lokasi Musrenbang, Hassanudin tampak mengenakan pakaian adat Toba, naik becak bersama para bupati/wali kota se-Sumut. Sementara, Susanti mengenakan pakaian adat Simalungun yang didominasi warna cokelat.

Hassanudin dalam sambutannya menyampaikan akan terus memperkuat hilirisasi dan kewirausahaan tahun 2025. Kedua hal tersebut diyakini dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Sumut.

Menurutnya, saat ini perekonomian Sumut belum cukup kuat, karena masih ditopang sektor pertanian. Kontribusi sektor pertanian untuk Produk Domestik Bruto (PDB) Sumut 23,57 persen, perdagangan 19,23 persen dan industri 18,1 persen.

"Tantangan Sumut ke depannya adalah memperkuat struktur ekonomi melalui transformasi struktural dengan jalur hilirisasi, sehingga ke depan perekonomian kita berciri industri pengelolaan berbasis pertanian," kata Hassanudin.

Sektor kewirausahaan di Sumut, menurut Hassanudin, masih didominasi pelaku UMKM sekitar 98,87 persen sedangkan kategori usaha menengah dan besar masih 1,12 persen. 

Hanya saja, besarnya jumlah UMKM tidak disertai kontribusi besar pada perekonomian, karena baru mencapai 46,51 persen.

"Masih rendahnya produktivitas UMKM tidak terlepas dari persoalan seperti rendahnya akses permodalan, pemasaran, dan kualitas SDM, serta terkait teknologi," ucap Hassanudin.[]

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya