Dairi - Sejumlah warga Kabupaten Dairi, Sumatra Utara mengikuti kegiatan launching lagu "Marroha" pada Senin, 28 Agustus 2023.
Marroha merupakan sebuah judul lagu perjuangan yang diciptakan oleh pemuda Desa Pandiangan, Kecamatan Lae Parira, Kabupaten Dairi, sebagai bentuk perlawanan terhadap perusahaan perusak lingkungan.
Seperti PT Dairi Prima Mineral (DPM) yang merupakan tambang timah hitam dan seng dengan sistem penambangan bawah tanah. Desa Pandiangan sendiri masuk dalam areal konsesi tambang DPM.
Lagu Marroha memiliki makna, yaitu mengajak semua orang untuk menjaga kampung, supaya tidak dirampas perusahaan perusak lingkungan dan supaya ruang hidup tetap terjaga untuk keberlangsungan hidup dari generasi ke generasi.
Dobes Sinambela selaku pencipta lagu mengatakan, pembuatan lagu ini terinspirasi ketika melihat hadirnya perusahaan tambang di Dairi.
Sebelum hadirnya perusahaan itu sudah ada mencoba membuat lagu 2-3 kali tentang kampung halaman. Dan pada akhirnya muncullah lagu Marroha.
Dia juga menggambarkan bagaimana kondisi Desa Pandiangan dulu dan sekarang.
"Saya memandang Desa Pandiangan ketika sudah ada perusak. Dengan adanya perusahaan itu apa tindakan masyarakat? Ada menolak dan ada yang menerima. Meski ada menolak, ternyata masih lebih banyak yang mendukung," ungkapnya.
"Kita harus merasakan yang sudah dirasakan oleh kawan-kawan kita yang sudah terdampak tambang. Lewat lagu ini saya ingin mengajak kawan-kawan yang masih punya hati dan akal sehat. Bagaimana kita menyelamatkan ini. Apa nanti kita wariskan untuk anak dan cucu kita? Di generasi saya saja saya sudah khawatir," sambungnya.
Menurut Dobes, orang bisa saja buta dan tuli, tetapi kalau hati nurani masih hidup dan masih sehat itu masih layak diperjuangkan.
Lewat lirik lagu ini, dia ingin menyuarakan siapapun dan dimanapun jangan pernah lupa kampung halaman.
"Karena bagaimanapun kita berasal dari sana, meskipun kita sudah di kota, kita tetap berasal dari desa tersebut. Kita ingin bahagia di rumah kita sendiri. Kita ingin nyaman tinggal di daerah kita sendiri, semuanya tersedia di daerah dan desa kita," katanya.
Rohani Manalu selaku Koordinator Advokasi dari Yayasan Diakonia Pelangi Kasih mengatakan, sangat bersyukur atas lagu yang sudah dibuat Dobes.
Karena hal ini juga satu advokasi berbasis bukti, melihat bahwa perusahaan yang hadir berpotensi merusak ruang hidup yang memiliki areal konsesi seluas 24.636 Ha.
Menurut dia, jika melihat dari lokasinya Dairi tidak layak ditambang. Karena berada di patahan gempa dengan skala resiko tinggi di dunia.
AMDAL PT DPM sendiri mengakui sumber patahan gempa hanya berjarak 15 Km dari pusat tambang. Tambang DPM juga mengkapling sumber air sekitar 9500 jiwa, yang berada di tujuh desa dan satu kelurahan.
"Menurut Badan Pusat Statistik Dairi tahun 2020, PDRB kita sebesar 42 persen atau aktivitas ekonomi kita banyak disokong dan didukung sektor pertanian, banyak tanaman unggulan seperti durian, duku, jagung, padi dan yang lainnya, mayoritas warga atau sebesar 83 persen penduduk hidup dari bergantung pada sektor pertanian bukan tambang," katanya.
Dengan demikian imbuh dia, Dairi tidak butuh tambang. Tapi pejabat pemerintahan di pusat berpikir dengan mendatangkan investor Dairi akan maju.
"Kita khawatir Dairi menjadi Lapindo kedua yang membuat semua aspek kehidupan warga hilang dan lenyap selamanya," katanya.
Thompson Hs, seorang pegiat seni mengatakan pemilik lingkungan harus bersikap terhadap keselamatan lingkungan. Karena hal itu akan diwariskan dari generasi ke generasi.
Lagu karya Dobes menurut dia, salah satu bentuk sikap dari pencipta dan penyanyi lagu terhadap lingkungan.
"Lagu Marroha merupakan salah satu seni yang digunakan terkait kehadiran tambang PT DPM, seperti yang kita lihat bahwa tambang hanya untuk urusan ekonomi tanpa berpikir keberlanjutan lingkungan. Manusia tidak makan dari seng dan timah hitam namun dari lingkungan alam yang bagus," katanya.
BACA JUGA: Warga Dairi Menang, Pengadilan Perintahkan Pencabutan Persetujuan Lingkungan PT DPM
Menurut dia, lingkungan membangun kebudayaan. Hadirnya tambang yang cenderung mengganggu simbiosis, makhluk lain juga bisa terganggu yang memberikan napas keindahan.
Seniman dalam peristiwa-peristiwa gerakan sosial kata dia, harus memberikan inspirasi kepada kesadaran itu, bukan memprovokasi.
Sadar betul misalnya bahwa sungai sudah rusak karena hutan sudah ditebangi, hutan sudah terganggu.
Dalam konteks pertambangan getaran pertambangan mempengaruhi getaran pertanahan, dalam seni bicara suara yang indah dan merdu seperti burung-burung, kalau tidak ada burung-burung tidak ada lagi suara yang indah.
Lirik lagu Marroha
Pencipta: Dobes Sinambela
Penyanyi: Rivel Simaremare
Marbinege nang marnida
Huhut nian marroha
Ganup ma hita manghilala
Diragam ni akka naung masa
Angka dongan namarroha
Dulo jala langkahon ma
Pature naung pinungka na
Naung tajalo sian omputa
Beta jaga ma retta
Unang sanga ditangko deba
Ladang nang hauma ta
Nagabe dalan ni ngolu ta
Tuise ma aluhononmu
Tu Ise ma solsolan mu
Molo magargar dolok i
Molo dung sursar isi ni
Radoti ma
Jamoti ma
Jala jagai ma
Terjemahan
Mendengar dan melihat
Hendaklah dengan akal-Sehat (nurani)
Dan semua (setiap orang) turutlah merasakan
Dari aneka ragam bencana yang telah terjadi
(bencana yang terjadi dengan aneka ragam)
Wahai kawan berakal sehat (pemilik nurani)
Lihat dan bergegaslah
Benahi alam warisanmu (yang dirintis)
Yang telah kita terima dari leluhur
Mari berjaga bersama
Jangan sampai itu/kena (di)rampas
Sawah serta ladang kita
(Jadi) Sumber bekal hidup kita
Pada siapa engkau mengadu
Pada siapa `kan kau sesalkan
Kalau bukit-bukit sudah runtuh
Kalau isinya sudah kacau (balau)
Radoti ma
Jamoti ma
Dan (tetaplah) (ber)Jaga (lah). []