Jakarta - Pegiat media sosial Permadi Arya alias Abu Janda menilai pihak-pihak yang nyinyir ke Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman, sudah pasti masuk golongan Islam radikal. Dia pun meminta ada penumpasan massal ke kelompok tersebut.
"Tumpas habis jenderal, yang nyinyirin kalian sudah pasti Islam radikal," kata Abu Janda dalam video viral di media sosial, dikutip Opsi dari Twitter @ChusnulCH__, Rabu, 5 Januari 2022.
Abu Janda mulanya merasa risih dengan sikap pendukung Bahar bin Smith, yang terus-menerus mengolok-olok Tentara Nasional Indonesia (TNI) tidak mengurusi Organisasi Papua Merdeka (OPM).
"Ada yang mengolok-olok TNI katanya bukannya ngurusin OPM, malah urusin Bahar. Mari kita ulas Mana lebih berbahaya OPM atau kelompok Islam radikal," katanya.
Menurut pria berkepala botak itu, OPM bertujuan ingin merdeka, lepas dari genggaman Indonesia dengan mendirikan negara Papua.
Abu Janda melanjutkan, sedangkan Islam radikal bertujuan ingin mengganti dasar negara Indonesia dengan syariat Islam.
"Jadi OPM hanya menargetkan satu provinsi saja, sedangkan Islam radikal menarget seluruh Indonesia," ujar pria yang memiliki hubungan dekat dengan eks Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) A.M Hendropriyono itu.
Abu Janda menyebut, OPM bersenjatakan senjata laras panjang, sementara Islam radikal bersenjatakan ayat yang ditafsirkan keliru untuk menyesatkan anak bangsa.
"OPM menbunuh anggota TNI di Papua. Islam radikal membunuh nalar generasi mendatang, melahirkan bibit-bibit teroris," kata dia.
Menurut Abu Janda, kelompok Islam radikal jauh lebih berbahaya daripada OPM, karena OPM hanya mengancam satu provinsi saja, sedangkan Islam radikal mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Jadi yang dilakukan Jenderal Dudung dan Danrem Brigjen Achmad Fauzi sudah tepat, karena Islam radikal adalah ancaman yang jauh lebih berbahaya dari OPM," kata Abu Janda. []