News Minggu, 01 Juni 2025 | 11:06

Fatayat NU Hadir sebagai Kekuatan Baru: Lawan Kekerasan, Bangun Ekonomi Perempuan

Lihat Foto Fatayat NU Hadir sebagai Kekuatan Baru: Lawan Kekerasan, Bangun Ekonomi Perempuan Puncak perayaan Hari Lahir ke-75 Fatayat NU di Pondok Pesantren Ekologi Al-Mizan, Sabtu, 31 Mei 2025. (Foto:Istimewa)

Majalengka — Ribuan warga tumpah ruah di halaman Pondok Pesantren Ekologi Al-Mizan, Sabtu, 31 Mei 2025. Cuaca cerah dan semangat membuncah mewarnai puncak perayaan Hari Lahir ke-75 Fatayat NU. 

Tak sekadar seremonial, Harlah kali ini menjadi panggung besar bagi perempuan, pesantren, dan gerakan hijau di Majalengka.

Sejak pagi, Kompleks Al-Mizan di Wanajaya sudah dipadati pengunjung. Stand bazar UMKM Fatayat NU ramai diserbu. 

Acara dua hari ini diisi beragam kegiatan seperti workshop menulis bersama Penerbit Kompas, pelatihan pembuatan website dari Pandi.id, hingga donor darah yang disambut antusias. 

Selain itu, pasar murah pun jadi incaran para ibu yang berburu kebutuhan pokok dengan harga terjangkau.

Ketua Fatayat NU Kabupaten Majalengka, Hj. Upik Rofiqoh, tampil penuh semangat. Dalam pidatonya, ia menegaskan Fatayat bukan sekadar organisasi pelengkap, melainkan kekuatan perubahan yang hadir untuk melindungi perempuan, melestarikan budaya, dan membangun bangsa.

“Fatayat NU telah tumbuh dari langkah kecil menjadi gerakan besar yang menerangi negeri. Kita harus ambil peran aktif dalam kehidupan sosial, budaya, bahkan politik,” ujarnya disambut tepuk tangan.

Upik menyoroti maraknya kekerasan terhadap perempuan yang masih menjadi persoalan serius, termasuk di Majalengka. 

Sepanjang 2024, tercatat hampir 200 kasus kekerasan terhadap perempuan—mayoritas menimpa perempuan muda dan ibu rumah tangga.

“Fatayat harus hadir sebagai pelindung dan pendamping. Menjadi rumah aman, jembatan hukum, dan teman yang tidak menghakimi,” tegasnya.

Fatayat juga didorong menjadi kekuatan ekonomi. Berdasarkan data BPS, dari lebih 45 ribu pelaku UMKM di Majalengka, hanya sekitar 31 persen dijalankan oleh perempuan. 

Fatayat berkomitmen mengembangkan pelatihan kewirausahaan, literasi keuangan, dan pemanfaatan digital demi lahirnya generasi FatayatPreneur—perempuan muda NU yang mandiri dan berdaya saing.

“Perempuan tidak cukup hanya bertahan. Mereka harus tumbuh dan menyejahterakan,” ujarnya.

Ia juga menegaskan pentingnya peran perempuan sebagai pendidik utama keluarga. Fatayat mendukung penuh program Pemerintah Provinsi Jawa Barat seperti Sekoper Cinta dan Satu OPD Satu Desa Binaan.

“Kami siap bersinergi memperkuat ketahanan keluarga, pendidikan anak, dan nilai kebangsaan dari akar paling dalam: rumah tangga. Bangsa yang kuat dimulai dari ibu yang kuat,” tutupnya.

Momen paling ditunggu tiba saat Gubernur Jawa Barat H. Dedi Mulyadi hadir. Sosok yang akrab disapa Kang Dedi ini disambut meriah oleh santri, pengurus Fatayat NU, dan ribuan hadirin. Gaya khasnya yang santai dan membumi langsung mencairkan suasana.

Dalam sambutannya, Kang Dedi menekankan pentingnya peran pesantren dan perempuan dalam menjaga bumi.

“Pesantren bukan cuma tempat ngaji, tapi benteng moral yang harus turun tangan menyelamatkan lingkungan. Dan kiai, bagi saya, bukan cuma guru agama, tapi penjaga bumi,” tegasnya disambut riuh tepuk tangan.

Pimpinan Ponpes Al-Mizan, KH. Maman Imanulhaq, menambahkan bahwa pesantren ekologi bukan sekadar tren sesaat.

“Mencintai bumi adalah bagian dari keimanan. Kami ajarkan santri bahwa menebang pohon sembarangan itu kezaliman, dan buang sampah sembarangan itu dosa,” ujarnya lantang.

Acara ini juga dihadiri sejumlah tokoh nasional dan daerah, termasuk Direktur Urusan Agama Islam Kemenag RI Dr. H. Arsad Hidayat, Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Maino Dwi Hartono, serta Bupati Majalengka Drs. H. Eman Suherman.

Bupati Eman menyampaikan apresiasi tinggi atas penyelenggaraan acara yang sukses memadukan spiritualitas, budaya, dan semangat perubahan.

“Fatayat NU dan Ponpes Al-Mizan menunjukkan bahwa pembangunan tak melulu soal infrastruktur. Ketika masyarakat, perempuan, dan pesantren bersatu, Majalengka tumbuh bukan hanya secara fisik, tapi juga rohani dan sosial,” pungkasnya.[]

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya