News Kamis, 09 Maret 2023 | 14:03

Ganjar Pranowo Unggul, Latar Belakang Etnis Pemilih Membuat Perbedaan dalam Pilihan

Lihat Foto Ganjar Pranowo Unggul, Latar Belakang Etnis Pemilih Membuat Perbedaan dalam Pilihan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. (Opsi/Humas Jateng).

Jakarta - Pakar Ilmu Politik, Prof Saiful Mujani mengatakan bahwa sejauh ini Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo unggul jauh pada pemilih beretnis Jawa.

Demikian disampaikan Saiful dalam program `Bedah Politik bersama Saiful Mujani` episode "Kartu SARA di Pilpres 2024", yang disiarkan melalui kanal Youtube SMRC TV, Kamis, 9 Maret 2023.

Dalam survei SMRC pada Desember 2022, pemilih yang beretnis Jawa 40,5 persen, etnis terbesar kedua adalah Sunda sekitar 15 persen. Secara keseluruhan, etnis lain selain Jawa sebanyak 59,5 persen.

Dari 40,5 persen warga yang beretnis Jawa, 53 persen memilih Ganjar, 16 persen memilih Anies Baswedan, dan 20 persen memilih Prabowo Subianto. Ada 11 persen yang tidak menjawab.

Ia menjelaskan fakta bahwa ada 53 persen orang Jawa memilih Ganjar, sementara yang memilih Anies hanya 16 persen.

Hal ini, lanjutnya, menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dari perilaku memilih masyarakat Jawa.

Saiful menuturkan perbedaan signifikan tersebut yang membuat Ganjar sejauh ini lebih unggul dari Anies.

Selain itu, dia menyebut Prabowo juga adalah orang Jawa, namun kejawaannya tidak sekental Ganjar.

Ayah Prabowo adalah orang Jawa, Ibunya Manado. Sementara ayah dan ibu Ganjar adalah orang Jawa.

"Perbedaan dukungan tersebut menunjukkan bahwa unsur etnis penting dalam perilaku pemilih di Indonesia. Latar belakang etnis pemilih membuat perbedaan dalam pilihan," ujarnya.

"Suara dari kelompok etnis terkonsentrasi pada satu calon, tidak menyebar secara seimbang. Di masyarakat kita, faktor etnik masih berpengaruh," sambungnya.

Jika digabung, kata dia, etnik di luar etnik Jawa cukup besar. Namun sebenarnya etnik lain itu tidak bisa digabungkan.

Masing-masing etnik seharusnya dianalisis satu per satu secara terpisah. Hanya saja karena alasan teknis, maka etnis-etnis lain selain Jawa digabungkan dalam studi ini.

Dari 59,5 persen warga yang beretnis selain Jawa, 35 persen memilih Anies, 29 persen memilih Prabowo, dan 23 persen memilih Ganjar. Sementara, 13 persen lainnya belum menentukan pilihannya.

Saiful menjelaskan bahwa walaupun suara publik dari yang beretnis selain Jawa lebih banyak ke Anies, namun selisih suara Anies dan Ganjar di variabel ini tidak terlalu berbeda, 35 persen berbanding 23 persen.

Selisihnya tidak sebesar pilihan warga beretnis Jawa: 53 persen Ganjar berbanding 16 persen untuk Anies.

Data ini menunjukkan bahwa dilihat dari sisi etnis, Ganjar masih relatif bisa diterima oleh pemilih dari etnis selain Jawa. Namun orang Jawa relatif tidak mau menerima Anies.

Artinya, kata Saiful, data ini mengkonfirmasi pandangan bahwa pemilih Indonesia masih mementingkan SARA. Pemilih Jawa terpusat pada satu tokoh, tidak menyebar.

Lebih lanjut, dia menegaskan ada kemungkinan jika etnis di luar Jawa bahwa preferensi pemilihnya juga tidak terdistribusi merata, tapi terkonsentrasi pada satu figur, misalnya di NTT atau Bali lebih cenderung memilih Ganjar, sementara di suku lain lebih ke Anies atau Prabowo.

Karena itu data gabungan semua etnis di luar Jawa menjadi lebih merata karena terdiri dari banyak etnis.

Sentimen etnik yang kuat tidak hanya pada etnik Jawa, tapi juga pada etnik yang lain. Misalnya dalam komunitas Arab di Indonesia, mungkin suara Anies dominan.

Hal yang sama terjadi pada etnik Tionghoa di Pilkada DKI Jakarta 2017, di mana suara mereka dominan ke Ahok.

"Orang yang punya sentimen etnik seperti itu tidak khas etnik tertentu. Tapi itu berlaku bagi semua etnik," ucap Saiful Mujani.[]

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya