Bekasi — Fajar belum sepenuhnya merekah ketika Masjid Jami’ Al-Munawwaroh di Graha Prima, Mangunjaya, Bekasi, sudah penuh sesak oleh lebih dari 500 jamaah.
Pada Minggu, 29 Juni 2025 itu, denyut kehidupan masjid terasa begitu hangat. Shaf-shaf rapat yang terhampar seolah menjadi saksi bahwa subuh tak hanya memanggil manusia untuk sujud, tetapi juga untuk peduli.
Lewat program Gerakan Subuh Berjamaah dan Berbagi, para jamaah tak berhenti pada lafaz zikir selepas salat. Mereka lalu duduk bersama menikmati sarapan sederhana namun membahagiakan: soto ayam, gule kambing, bubur sumsum, gorengan, kopi, dan teh.
Semua hidangan datang dari tangan-tangan ikhlas jamaah sendiri, untuk dinikmati bersama. Sementara itu, kantong beras, sayuran segar, dan lauk mentah dibagikan untuk dibawa pulang, memastikan dapur-dapur warga turut mengecap berkah Subuh.
Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Tambun Selatan, KH Ahmad Syauqi M.Pd.I, yang hadir pagi itu menuturkan dengan suara teduh namun sarat pesan:
“Gerakan Subuh Berjamaah ini bukan hanya rutinitas. Ia adalah tali silaturahmi yang terus kita anyam, supaya keberkahan Allah tak henti-henti turun ke lingkungan kita,” kata Syauqi.
Ketua DKM Masjid Jami’ Al-Munawwaroh, Mohamad Miqdad, menegaskan komitmen masjid bukan hanya sebagai tempat sujud:
“Kami ingin masjid ini tak hanya berdiri megah, tapi juga menjadi rumah yang memupuk rasa peduli. Dari Munawwaroh, kami belajar memberi, agar seluruh lapisan masyarakat merasakan manisnya keberkahan,” ujar Miqdad.
Apa yang terjadi di Munawwaroh pagi itu sejatinya lebih dari sekadar program masjid. Ia adalah gerakan sunyi yang menyalakan harapan, bahwa di tengah hiruk pikuk kota masih ada ruang hening untuk saling menguatkan dan saling menghidupi.
Masjid pun tampil bukan sekadar menara yang berseru azan, melainkan pusat denyut sosial yang menjawab lapar, mengobati sepi, dan memupuk solidaritas.
Dan mungkin itulah kabar baik yang patut kita sebar:
bahwa ketika Subuh memanggil, tidak hanya tubuh kita yang bangun, tetapi juga hati yang penuh empati untuk rela berbagi.
Mohamad Miqdad juga menyampaikan, sejak 27 Juni 2025 atau 1 Muharram 1447 H, masjid telah meluncurkan Dapur Umum untuk membantu siapa pun yang membutuhkan.
Tanpa memandang agama, suku, ras, maupun golongan, inisiatif ini menjadi ikhtiar menjadikan agama sebagai rahmat untuk semua.[]