Jakarta - Ade Armando muncul lagi setelah lama dirawat di rumah sakit usai menjadi bulan-bulanan massa. Dosen Universitas Indonesia (UI) itu mengaku mungkin saja sudah mati apabila tak cepat ditolong polisi saat dikeroyok sejumlah orang, kala mengikuti aksi 11 April 2022 di depan gedung DPR.
Ade berkata, dokter yang merawatnya mengatakan bahwa dirinya mungkin saja sudah tiada lagi di dunia jika orang-orang terlambat menolongnya dalam waktu 5-10 menit.
"Jadi dokter bilang kalau saja terlambat, barangkali 5 menit sampai 10 menit polisi menolong saya ada kemungkinan bahwa saya sudah mati lah meninggal dunia," kata Ade sebagaimana dikutip dari Youtube Cokro TV, Senin, 16 April 2022.
Akibat dikeroyok massa, Ade Armando mengalami sejumlah luka di bagian kepala dan harus menjalani perawatan selama satu bulan. Hingga kini masih terdapat genangan darah di dalam otak Ade.
Ade menceritakan saat dikeroyok, rekan-tekan dari Cokro TV yang meliput bersamanya sudah pasang badan. Namun, mereka terlempar karena orang-orang yang mengeroyoknya begitu brutal.
Menurut Ade, polisi tidak melihat dirinya menjadi bulan-bulanan sejumlah pengeroyok. Saat itu polisi tengah mendorong mahasiswa yang berunjuk rasa agar pulang.
Beruntung, temannya dan jurnalis lain di lapangan berteriak meminta polisi turun tangan agar menyelamatkan Ade Armando dari kepungan massa.
"Merekalah yang menyelamatkan saya seperti dikatakan dokter tadi terlambat 5 menit kali, 10 menit bisa lebih fatal," ucap Ade.
Selain polisi dan jurnalis di lapangan, sejumlah mahasiswa juga hendak menolong Ade dari amuk massa. Namun, mereka terhambat karena situasi di lapangan ramai.
"Para mahasiswa juga sebagian berusaha menolong saya ya, walaupun lagi-lagi terhambat oleh banyaknya orang," ujar Ade.
Ade Armando menjadi korban penganiayaan massa saat ikut demonstrasi penundaan pemilu di depan Gedung DPR/MPR Jakarta pada 11 April lalu. Dia dipukuli dan dilucuti celananya hingga tak berdaya, namun berhasil diselamatkan aparat dari amukan massa. []