Pilihan Minggu, 25 Desember 2022 | 07:12

Pesan Natal Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia 2022

Lihat Foto Pesan Natal Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia 2022 GMKI Jefri Gultom. (foto: istimewa).

*Oleh: Jefri Edi Irawan Gultom (Ketua Umum PP GMKI 2022-2024)

Selepas dua tahun bergelut dengan pandemi Covid-19, Natal tahun 2022 ini dirayakan secara normal seperti biasanya. Aktivitas di berbagai bidang perlahan menuju rutinitas tanpa ada pembatasan seperti masa pandemi melanda. Kerinduan dua tahun umat Kristiani untuk merayakan Natal tanpa ada aturan pembatasan akhirnya terwujud.

Keluarga besar GMKI secara nasional juga boleh bersyukur dan berbangga bisa menyelenggarakan Kongres XXXVIII di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, pada 22 November–2 Desember 2022 yang berlangsung dengan sukses dan damai. Semoga melalui tema, ‘’Bangkitlah, baharui hidupmu dan beritakanlah injil (Bdk. Markus 2:1-12)”, yang telah dipilih melalui momentum Kongres di Tana Toraja menjadi wahana iman para kader untuk berkomitmen dan berkolaborasi membawa GMKI menghadapi tantangan zaman dengan penuh sukacita dalam spirit Oikumenisme dan jiwa Nasionalisme.

Tahun berganti, waktu terus berjalan, esensi Natal selalu kontesktual dengan perjalanan waktu dan kemajuan zaman. Natal ialah peristiwa Allah menjelma menjadi manusia. Ia rela meninggalkan kebesaranNya demi meyelamatkan kerapuhan diri manusia. Natal adalah simbol solidaritas sosial antar sesama.

Itulah yang kita saksikan bagaimana gerakan solidaritas anak bangsa demi membantu para korban bencana alam yang terjadi di Cianjur menjelang penghujung tahun ini. Gerakan- gerakan sosial itu tumbuh dengan sangat mengesankan.

Hal ini pertanda bahwa keterlibatan Allah dalam sejarah manusia bertujuan untuk mengangkat martabat manusia sekaligus memberi harapan.

Seperti kata-kata ini, “Bangsa yang berjalan dalam kegelapan telah melihat terang yang besar.” Sinar kebesaran ini terpancar dan dinubuatkan Nabi Yesaya beberapa abad sebelum Yesus lahir.

Nubuat ini adalah inspirasi iman bagi bangsa Israel yang berada di tengah prahara ketakutan dan penjajahan di tempat pembuangan Asiria.

Kelahiran Yesus justru dianggap sebagai ancaman bagi para penguasa zaman itu. Menurut Jon Sobrino (2008), Provokasi kelahiran Yesus tidak bersifat kategorial, tapi total. Karena bertumbuh dari sebuah sinar harapan.


Otto Gusti Maddung, rektor IFTK Ledalero dalam sebuah refleksinya empat tahun silam secara lugas merefleksikan bahwa kehadiran Yesus adalah seorang figur kontroversial, bahkan provokatif. Karena mengganggu kemapanan para penguasa. Bahkan terhadap para pemuka agama yang berkolusi dengan para pengusaha hitam serta politisi korup berlagak santun dan saleh pada masanya.

Rupanya hari-hari ini Indonesia juga sedang mengalami hal yang sama. Seperti pesan bersama PGI dan KWI, Natal merupakan momentum ajakan untuk berjalan bersama agar "Pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat," akibat pandemi Covid-19.

Kita harus kolaborasi untuk berjalan bersama membangun peradaban kasih ketika menguatnya kekerasan dan gangguan sosial lainnya, merajut kerukunan saat merebaknya sikap intoleransi, menumbuhkan kesederhanaan di tengah menjalarnya perilaku korupsi, menggemakan pertobatan ekologis di saat semakin maraknya kerusakan lingkungan hidup, menggalang persatuan dan kesatuan serta mengembangkan hidup berpolitik yang beretika jelang tahun politik dan pesta demokrasi 2024.

Melalui peristiwa Natal, Tuhan menjelma menjadi manusia, mengangkat dan memuliakan martabat manusia. Melalui kehadiran putraNya, Tuhan menampakan diri menjadi terang untuk menuntun perjalanan iman manusia.

Semoga perayaan Natal tahun ini mampu melampaui kesalehan privat-ritual menuju spiritualitas keterlibatan untuk merekatkan persahabatan dan persaudaraan di tengah keberagaman bangsa demi menghadapi tahun politik jelang Pemilu serentak 2024.

Tinggi iman

Tinggi ilmu

Tinggi pengabdian

Ut Omnes Unum Sint

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya