Jakarta - Dokter Rehabilitasi Medik Neuromuskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Cipto Mangunkusumo (FKUI - RSCM) dr. Herdiman B. Purba, SpKFR(K) mengatakan ciri-ciri aktivitas seksual yang berkualitas adalah ketika pasangan bisa saling memuaskan dan menyenangkan.
"Seks berkualitas itu menyenangkan dan memuaskan kedua belah pihak," kata Herdiman di Jakarta, seperti meneruskan catatan ANTARA, Sabtu, 23 Juli 2022.
Menurutnya, pria dan wanita harus mendapatkan kesempatan yang sama saat melakukan hubungan seksual, tidak saling egois dan sibuk dengan keinginan masing-masing.
Namun sayangnya, kata dia, di Indonesia sebagian masyarakat salah dalam menyikapi ungkapan populer "istri bertugas melayani suami", lantaran dalam aktivitas seks suami dan istri seharusnya saling melayani.
"Padahal, WHO menyatakan bahwa salah satu kunci kualitas hidup yang baik adalah kualitas kehidupan seksual yang sehat. Bisa kita bayangkan kalau aktivitas seksual tidak berimbang, dalam konteks ada yang melayani dan dilayani, tentu ini akan jadi masalah," ujarnya.
Akibat ungkapan tersebut, dia mengatakan banyak istri yang merasa bahwa aktivitas seks merupakan sebuah tugas. Mereka melakukan seks hanya untuk memenuhi kewajiban, sehingga tak bisa merasakan kesenangan.
"Kata-kata ini mempengaruhi alam bawah sadar wanita Indonesia bahwa tugasnya adalah melayani. Bukankah seharusnya juga suami melayani istri dan mereka berdua saling melayani untuk mendapatkan aktivitas seksual yang menyenangkan?" tuturnya.
"Untuk mempercepat proses, dia akhirnya memalsukan orgasme. Seolah-olah sudah puas, biar selesai. Ini tidak kita harapkan," kata Herdiman menambahkan.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan aktivitas seksual yang saling memuaskan dan menyenangkan, dia mengatakan suami istri harus saling terbuka mengenai apa yang mereka inginkan.
"Akan parah ketika asyik sendiri dengan pikirannya. Misal saat nonton kok ada oral seks, lalu suami berharap istrinya akan mengerti untuk melakukan itu. Tapi ternyata itu tidak pernah terjadi karena tidak pernah dikomunikasikan," ucapnya.
Dia berpendapat, komunikasi yang buruk antara suami istri itu akan lebih sulit diatasi daripada disfungsi ereksi dan gangguan orgasme. Pasalnya, katanya, hal tersebut tak hanya melibatkan fisik tapi juga mental dan ego.
"Bicarakan dengan pasangan sukanya apa, kamu maunya bagaimana, saya maunya apa. Itu salah satu cara menyelesaikan masalah," ujar Herdiman.[]