News Selasa, 28 Desember 2021 | 02:12

Aksi Intoleransi di Wonorejo, Niat Berbagi Bingkisan Natal Justru Dituduh Mengkristenisasi

Lihat Foto Aksi Intoleransi di Wonorejo, Niat Berbagi Bingkisan Natal Justru Dituduh Mengkristenisasi Kasus intoleransi di Desa Wonorejo, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Minggu, 26 Desember 2021.(Foto:Opsi/Tangkapan Layar Instagram @novatefu)

Jakarta - Jelang akhir tahun 2021, kasus intoleransi masih terjadi kepada mereka kaum minoritas. Niat ingin berbagi kasih di momen perayaan Natal 2021 justru dituduh ingin mengkristenisasi.

Itulah yang dialami perempuan berinisial NGF dan teman-temannya saat ingin membagikan bingkisan sederhana bagi anak-anak di Desa Wonorejo, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Minggu, 26 Desember 2021 kemarin.

Dihubungi via Direct Message Instagram, NGF yang juga tinggal di Kabupaten Pasuruan itu mengaku ingin membagikan bingkisan berupa alat tulis dan makanan ringan kepada anak-anak di desa tersebut.

"Kami hendak bagi-bagi bingkisan sederhana seperti alat tulis dan snack (makanan ringan) yang jumlahnya gak banyak di tempat teman kami dengan adik dan saudaranya dan anak-anak yang mau," kata NGF kepada Opsi, Senin malam, 27 Desember 2021.

Namun, dengan adanya larangan serta penolakan dari warga sekitar, Nova dan teman-temannya akhirnya mengurungkan niat untuk membagikan bingkisan tersebut.

"Ada yang memperbolehkan ada yang tidak memperbolehkan. Akhirnya kami tidak jadi bagi-bagi. Tapi karena kami sudah janjian mau main ke rumah teman, jadi kami ke sana untuk berkunjung. Tidak ada kegiatan apapun selain mengunjungi teman kami," ujarnya.

Dia menuturkan, saat mereka sedang beristirahat, tiba-tiba massa datang ke tempat tinggal temannya. Disitu, mereka diintimidasi dengan kata-kata yang tidak pantas.

"Ketika kami tidur-tiduran santai, tiba-tiba kami di gerebek massa dan melempari mobil kami. Kami dikata-katain, dibentak, dirundung, didiskriminasi. Salah satunya (ucapan massa) orang Kristen gak boleh ada di kampung ini," tuturnya.

Selain digerebek seperti maling, lanjut NGF, mereka juga dituduh ingin mengkristenkan warga setempat dengan mengadakan ibadah Natal.

"Padahal itu fitnah. Kami tidak ada kepikiran bahkan berniat membuat acara ibadah Natal yang mereka tuduhkan. Kami hanya bagi-bagi bingkisan kecil saja, dan itu pun gak jadi. Gak ada ngomong baik-baik, tapi kami dibuat seperti maling ketangkap," tuturnya.

"Dibuat seperti orang berbuat kejahatan. Terlihat sangat anarki, padahal kami juga ada cewek-cewek dan anak-anak kecil. Kena mental kami karena kericuhan itu," sambungnya.

Lebih lanjut, orang tua dan temannya merasa ketakutan karena massa mengancam akan membakar rumah yang mereka singgahi.

"Teman saya dan orangtuanya yang punya rumah itu juga ketakutan karena massa mengancam akan membakar rumah mereka dan akan membunuh binatang peliharaannya. Kasihan teman saya, padahal mereka juga gak ada salahnya tapi didiskriminasi," ucapnya.

Nova mengungkapkan, Sabtu, 25 Desember 2021, sebelum kejadian berlangsung ternyata orang tua dan temannya sudah mendapat ancaman dari seseorang yang mengaku sebagai kepala desa setempat.

Kemudian, keesokan harinya, ada lagi seseorang yang juga mengaku sebagai kepada desa atas nama Martoles melarang mereka untuk berbagi bingkisan.

"Dari 1 hari sebelumnya yang katanya kepala dusun itu sudah mengancam keluarga teman kami. Di tanggal 26-nya juga yang mengaku kepala dusun tapi beda orang juga ngaku dia kepala dusun, dia bilang tidak boleh adakan bagi-bagi. kami pun memang sudah tidak jadi bagi-bagi karena melihat kerasisan mereka. Salah satunya yang dibilang kepala dusun namanya Martoles," katanya.

"Dan setiap tahun keluarga kami sudah biasa bagi-bagi bingkisan Natal di desa-desa lain, bahkan banyak anak-anak pesantrennya, dan gak pernah ada masalah. Baru kali ini bagi-bagi atau sedekah dipermasalahin," katanya menambahkan.

Akibat kata-kata rasis dan lemparan ke arah mobil mereka, lanjut dia, pihaknya dan anak kecil yang ikut dengan rombongan merasa trauma.

"Kasihan anak-anak kecil yang bersama-sama dengan kami karena liat kejadian itu mereka trauma, kena mental mereka. Dan jelas-jelas kami dirundung berarti mereka gak menghargai keragaman Indonesia. Mobil kami pun juga kena akibat dilempar batu," ucap NGF.[]

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya