Pilihan Jum'at, 03 Februari 2023 | 23:02

Bersama Anak Muda di Palembang, Yayasan Mimpi Besar Indonesia Promosikan Toleransi

Lihat Foto Bersama Anak Muda di Palembang, Yayasan Mimpi Besar Indonesia Promosikan Toleransi Pendiri dan Ketua Yayasan Mimpi Besar Indonesia, Robinson Sinurat (kiri). (Foto: Istimewa)

Palembang - Indonesia merupakan negara yang sangat beragam dengan berbagai macam budaya dan agama. Di antara sekitar 250 juta penduduk, sekitar 300 kelompok etnis berbeda hidup berdampingan dan lebih dari 700 bahasa dan dialek berbeda digunakan. 

Indonesia adalah negara mayoritas Muslim terbesar di dunia dan memiliki tradisi panjang terkait pluralitas yang damai dan kebebasan beragama yang diabadikan dalam motto negara `Bhinneka Tunggal Ika`. 

Penetapan Presiden No. 1 Tahun 1965, pemerintah Indonesia mengakui bahwa Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Khonghucu adalah beberapa agama yang dianut oleh rakyat Indonesia.

Transisi yang sukses dari otoritarianisme ke demokrasi, seperti yang diwujudkan dalam dua pemilihan presiden yang transparan dan langsung. Sekarang diakui secara positif di seluruh dunia.

Namun filosofi pluralistik tradisional Indonesia dipertaruhkan, karena intoleransi beragama di Indonesia mulai meningkat secara dramatis di awal era reformasi pada tahun 1997, yang ditandai dengan serangkaian pembakaran gereja. 

Sejak saat itu kelompok-kelompok ekstrimis meningkat dan menjadi sangat aktif melakukan kekerasan di negara tersebut. Pukulan terbesar yang disebabkan oleh ekstrimisme agama adalah bom Bali pada tahun 2002 yang menarik perhatian dunia. 

Hingga saat ini, kelompok minoritas semakin menderita akibat tidak adanya intervensi pemerintah terhadap tindakan intoleransi. Ketegangan di antara orang-orang yang berbeda agama dan budaya telah ada sejak lama di Indonesia. 

Umumnya, ketegangan ini terwujud dalam bentuk segregasi budaya yang halus namun ada di masyarakat. Segregasi ini terkadang memicu konflik yang berujung pada kekerasan. 

Konflik suku/agama sering terjadi di Indonesia, seperti konflik antara Dayak dan Madura di Sampit, antara sekelompok kecil orang Bali dengan orang Lampung asli di Lampung; antara Muslim dan Kristen di Maluku; dan lain sebagainya.

Melalui Seminar dan Workshop Kepemimpinan Pemuda Inklusif yang bertema “Dialogue In Diversity” ini, Yayasan Mimpi Besar Indonesia yang bekerja sama dengan Fakultas Humaniora dan Ilmu Pendidikan, Universitas Katolik Musi Charitas Palembang ini bertujuan untuk mempromosikan nilai-nilai toleransi agama, budaya dan perdamaian. 

Sehingga para peserta dapat menjadi pemimpin masa depan yang dibekali dengan pengetahuan untuk menyatukan orang orang untuk pembangunan inklusif yang mengakui hak asasi manusia, terlepas dari latar belakang mereka yang berbeda.

Kegiatan Dialogue in Diversity ini dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 1-2 Februari 2023 di Fakultas Bisnis dan Akuntansi Aula Gedung Yuliana Lt.3, Universitas Katolik Musi Charitas, Palembang. Pada hari pertama, yaitu Rabu, 1 Februari 2023, merupakan sesi workshop tentang Interfaith Dialogue yang langsung dipimpin oleh tim Yayasan Mimpi Besar Indonesia. 

Sebanyak 20 peserta terpilih dari berbagai keyakinan melalui tahapan seleksi dan undangan mengikuti sesi workshop ini untuk mempelajari ilmu tentang dialog, keberagaman dan toleransi. 

Sesi training dialog ini bertujuan untuk menjelaskan kepada kaum muda tentang pentingnya dialog dalam penyelesaian konflik melalui latihan bermain peran.

Dilanjutkan dengan sharing session dari tiga pembicara online mengenai pentingnya keterlibatan pemuda dalam mengatasi isu intoleransi di Indonesia. 

Tiga narasumber di hari pertama ini adalah Dewirini Anggraeni sebagai pendiri dari Society Against Radicalism and Violent Extremism (SeRVE) Indonesia, membagikan pengalaman bagaimana cara memerangi radikalisme dan ekstremisme kekerasan di masyarakat; Harkirtan Kaur sebagai representatif dari pemuda penganut kepercayaan Sikh di Indonesia yang berbagi mengenai bagaimana perempuan berani untuk mengambil langkah dalam mempromosikan perdamaian melalui aksi nyata; dan Meliani E. Murtiningsih Yeni Kurniawati, M.A. yang sudah berpengalaman di isu interfaith selama puluhan tahun ini juga membagikan pengalaman dan ilmunya serta mengingatkan kita semua bahwa “nobody knows everything about anything.”

Kemudian, para peserta di ajak berkunjung ke lima rumah ibadah dan berdialog secara langsung dengan pemuka agama di masing-masing rumah ibadah tersebut. 

Diawali dengan berkunjung dan berdialog di Pura Agung Sriwijaya (Hindu), Masjid Al Islam Muhammad Cheng Hoo Sriwijaya (Islam), Maha Vihara Dharmakirti (Buddha), Gereja Katolik Paroki Santo Yoseph Palembang, dan berakhir di Gereja Punguan Kristen Batak (GPKB) Taman Siswa Palembang. 

Melalui kegiatan ini, para peserta diajak untuk lebih memahami bahwa setiap agama itu mengajarkan kebaikan dan diberikan pemahaman bahwa jika ada hal yang ingin ditanyakan mengenai sesuatu hal tentang suatu kepercayaan, alangkah lebih baiknya untuk bertanya langsung kepada orang yang tepat. Dalam hal ini tentunya kepada pemuka agama.

Pada hari kedua, Kamis, 2 Februari 2023, merupakan sesi seminar yang diinisiasi oleh Yayasan Mimpi Besar Indonesia untuk pemuda di Palembang. Sebanyak 60 peserta hadir dalam mengikuti Seminar Dialogue in Diversity Kepemimpinan Pemuda Inklusif.

Kegiatan seminar ini diisi oleh pembicara yang berpengalaman di bidangnya. Pembicara di seminar ini adalah Dr. Angela Romano dari Queensland University of Technology (melalui Zoom dari Brisbane, Australia), yang menyampaikan materi mengenai pluralisme, keberagaman, dan peran pemuda di dalamnya. 

Kemudian, Shintya Rahmi Utami dan Amalia Nina Purwari dari Global Peace Foundation (GPF) Indonesia, yang mengajak kaum muda untuk aktif dalam kegiatan sosial dan membuat perubahan yang baik untuk orang sekitar melalui aksi nyata. 

Selanjutnya, Munawwaroh dari KPU Palembang, yang akan membagikan pengelaman dan pengetahuannya tentang pentingnya partisipasi pemuda dalam pemilihan kepala daerah dan tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang mengatasnamakan suku, ras, agama, dll. 

Dari seminar ini, peserta mendapatkan pengetahuan tentang kepemimpinan pemuda yang inklusif, bagaimana menjadi pemuda yang memiliki pemikiran yang terbuka, dan membuat aksi nyata dalam masyarakat, serta partisipasi pemuda dalam proses demokrasi suatu bangsa.

Robinson Sinurat, selaku Pendiri dan Ketua Yayasan Mimpi Besar Indonesia, menuturkan bahwa kegiatan tersebut sangat penting sekali untuk anak muda Indonesia agar tidak mudah di provokasi oleh isu yang mengatasnamakan agama, suku, dsb. 

"Saya percaya bahwa setiap agama itu mengajarkan kebaikan. Sebagai anak muda, sudah seogianya kita menjadi agen perubahan di daerah kita masing-masing dan bisa menyebarkan hal-hal positif untuk kemajuan bersama. Semoga kegiatan ini bisa melahirkan pemuda Indonesia yang memiliki pemikiran terbuka dan tentunya menghargai serta merangkul perbedaan," kata Robinson seperti mengutip keterangannya, Jumat, 3 Februari 2023.

Seorang muslimah, Imelda Rahma Putri dan saat ini sedang berkuliah di Universitas Sriwijaya berpendapat bahwa kegiatan ini menarik dan seru. 

"Dari kegiatan ini, saya semakin menyadari bahwa Indonesia sungguh sangat kaya akan keberagaman. Walaupun kita berbeda-beda, tetapi tetap satu juga. Seperti semboyan negara kita yaitu Bhineka Tunggal Ika," ujar Imelda.

Romo Paroki Gereja Santo Yoseph Palembang, Romo Sylvester Joko Susanto, Pr berpendapat bahwa kegiatan ini sangat baik dan beliau berharap melalui program Yayasan Mimpi Besar Indonesia ini, semoga semakin banyak anak-anak muda Indonesia yang memiliki pemikiran terbuka untuk tetap merangkul keberagaman dan mempertahankan kekayaan bangsa Indonesia. 

"Saya sangat mendukung kegiatan yang mensosialisasikan tentang keberagaman dan kekayaan Indonesia seperti ini," ucap Romo Sylvester.

Di akhir program, para peserta yang telah dibekali dengan pengetahuan tentang keberagaman, toleransi, inklusifitas, dan kepemimpinan, didorong untuk melakukan rencana aksi di komunitas mereka masing-masing. 

Sehingga ilmu dan pengetahuan yang mereka dapatkan dari kegiatan ini tidak berhenti di mereka saja, melainkan tersampaikan kepada orang sekitar mereka yang belum memiliki kesempatan mengikuti kegiatan ini. 

Peserta yang menyelesaikan program ini akan dimasukkan ke dalam jaringan alumni program Yayasan Mimpi Besar Indonesia. Diharapkan melalui jaringan alumni ini mereka dapat berbagi cerita tentang aksi nyata dan perubahan positif yang mereka lakukan ketika kembali ke komunitas mereka. 

Ini akan menjadi platform yang baik bagi alumni program untuk terhubung satu sama lain dan mencari dukungan dalam melakukan rencana tindak lanjut mereka. 

Kegiatan seminar dan workshop ini terlaksana dengan baik tentunya karena dukungan dari berbagai pihak di antaranya PT. Jalur Nugraha Ekakurir, PT. Bukit Asam Tbk, dan Australia Awards Indonesia.[]

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya