Jakarta - Kondisi pengungsian korban gempa bumi Cianjur begitu memprihatinkan dengan tenda seadanya, hal itu tampak terlihat saat kunjungan Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) DPR RI ke lokasi bencana gempa Cianjur.
Ribuan pengungsi di Desa Cibeureum, Kecamatan Cugenang, Cianjur itu hanya tinggal di tenda darurat yang beratap terpal tipis dan beralaskan tikar seadanya.
Rombongan yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi VIII Marwan Dasopang itu membawa sejumlah bantuan yang disalurkan untuk para pengungsi di lokasi pengungsian.
Terlihat juga dalam rombongan Anggota Komisi VIII DPR RI lainnya dari FPKB yakni KH. Maman Imanulhaq, Nurhuda, dan Luqman Hakim, serta Neng Eem Marhamah dari Komisi V DPR RI yang berasal dari Dapil Cianjur dan Kota Bogor.
Pada kesempatan itu, Marwan Dasopang menyampaikan rasa duka mendalam atas bencana yang merenggut hingga ratusan nyawa yang melayang itu.
Lebih-lebih banyak anak-anak menjadi korban akibat bangunan sekolah yang roboh.
Politisi PKB asal Sumatra Utara itu pun tak kuasa menahan pilu melihat langsung bagaimana kondisi warga yang kehilangan rumah dan sanak familinya.
"Kami Fraksi PKB DPR RI menyampaikan rasa duka mendalam terkhusus kepada warga Cianjur yang terdampak langsung gempa magnitudo 5.6. Kami pastikan FPKB akan selalu bersama masyarakat Cianjur sampai kondisi pulih seperti sedia kala," kata Marwan Dasopang kepada para pengungsi di Cianjur, Jawa Barat, Selasa, 22 November 2022.
Sementara itu, KH Maman Imanulhaq yang ikut dalam rombongan mengungkapkan keprihatinannya melihat kondisi pengungsian yang dinilainya tidak layak.
Apalagi di lokasi pengungsian Desa Cibeureum itu, ada banyak anak-anak dan 20 ibu hamil.
Ia pun meminta aparatur terkait untuk segera membangun tenda bagi pengungsi yang layak dengan dibarengi pembangunan sejumlah sarana pendukung lainnya.
Pasalnya, lanjut dia, butuh waktu yang tidak sebentar sampai para warga yang mengungsi bisa kembali menempati rumah mereka lantaran begitu banyak rumah warga yang rusak parah bahkan ada yang rata dengan tanah.
"Bencana telah membuat warga terdampak menderita kehilangan saudara maupun harta benda. Oleh sebabnya jangan sampai penderitaan mereka berlarut di tenda pengungsian," ujar Kiai Maman.
"Tak terbayang betapa menderitanya saudara kita yang kini mengungsi dengan tenda ala kadarnya, saat siang kepanasan saat malam kedinginan. Saya mendorong aparatur terkait untuk segera membangun tenda pengungsian yang layak," sambungnya.
Selain sarana pengungsian, Kiai Maman juga menyinggung soal manajemen pasca bencana yang terkesan gagap, apalagi ditambah dengan simpang siurnya data korban meninggal yang dikeluarkan BNPB maupun pemerintah daerah.
Dampaknya, informasi menjadi simpang siur dan para pengungsi menjadi lambat mendapatkan bantuan karena lambatnya distribusi dari pusat maupun daerah.[]