Mamuju - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) semakin mengkhawatirkan.
Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Mamuju, Alamsyah Thamrin mengungkapkan, peralihan antara musim panas dengan musim penghujan menjadi salah satu faktor peningkatan DBD.
"Musim peralihan bahkan pancaroba, biasanya populasi nyamuk pun bertambah," kata Alamsyah, saat diwawancarai wartawan, Kamis, 20 Oktober 2022.
Ia juga mengungkapkan, kasus DBD banyak terjadi di wilayah yang kurang terjaga kebersihan lingkungannya.
"Hingga Oktober 2022, total kasus DBD meningkat 100 persen, yakni 162 kasus, pagi ini terdata 4 kasus terjadi di Kelurahan Rimuku," katanya.
Salah satu cara mencegah DBD, kata Alamsyah, yakni dengan rutin melakukan gotong royong pembersihan di lingkungan masing-masing.
"Voging itu hanya membunuh induk nyamuk, bukan jentik atau telurnya," kata Alamsyah.
Dalam satu kali hinggap, nyamuk bisa menghasilkan 150 sampai 200 jentik nyamuk. Nyamuk DBD tidak beraktivitas di malam hari, itu sebabnya tim kesehatan melakukan voging pagi dan sore hari saja.
"Kalau kebanyakan voging bisa resisten tidak mempan lagi, voging antara jam 8 sampai 10 pagi dan jam 4 hingga 6 sore," katanya.
Masyarakat bisa menyingkirkan sampah yang bisa menjadi sarang nyamuk seperti, botol bekas, ban bekas, tempat makan atau minuman ternak.
"Paling penting 3M Plus, masyarakat diharapkan cukup berperan dalam hal ini," kata Alam.
Dirinya menilai dengan rutin membersihkan lingkungan tentu bisa mengurangi dampak DBD, sekira 70 persen penyebab kasus DBD meningkat karena faktor lingkungan.
Berikut daftar penyebaran kasus DBD Dinkes Mamuju per Oktober 2022:
Kecamatan Tapalang: 4 kasus
Kecamatan Tapalang Barat: 0 kasus
Kecamatan Simboro: 41 kasus
Kecamatan Mamuju: 102 kasus
Kecamatan Kalukku: 4 kasus
Kecamatan Papalang: 0 kasus
Kecamatan Sampaga: 2 kasus
Kecamatan Tommo: 2 kasus
Kecamatan Bonehau: 2 kasus
Kecamatan Kalumpang: 5 kasus
Kecamatan Balabalakang: 0 kasus. []