Jakarta - Terjadi kecelakaan tambang batubara di Prambahan, Kota Sawahlunto, Sumatra Barat pada Jumat, 9 Desember 2022 pukul 08.00 WIB. Sebanyak 10 orang dikabarkan meninggal dunia, satu luka berat dan satu luka ringan.
Para korban ditemukan pada kedalaman antara 100-300 meter. Pada saat ditemukan, para korban mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuh.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, korban yang mengalami luka berat telah dievakuasi ke RSUD Sawahlunto.
Sedangkan yang luka ringan telah mendapatkan perawatan intensif dan sudah diperbolehkan pulang.
BPBD Kota Sawahlunto menyebutkan, menurut keterangan para saksi didapatkan bahwa pada pukul 08.00 WIB para pekerja masuk ke dalam tambang batubara bawah tanah.
Selang 15 menit kemudian terjadi kecelakaan.
"Pukul 08.00 WIB pekerja masuk, nah 15 menit kemudian kecelakaan terjadi," ujar tim Pusdalops BPBD Kota Sawahlunto, Kurnia.
Baca juga: Erick Thohir Ungkap Manfaat Penggunaan Teknologi 5G Mining di Pertambangan
Sebelum masuk ke lubang tambang, petugas pengawas lubang telah memeriksa keamanan mulai dari kandungan metana, kadar oksigen dan kondisi ram penyangga dan sebagainya.
Menurut kesaksiannya, beberapa hal tersebut dalam keadaan aman sesuai SOP yang berlaku.
"Petugas lubang telah memeriksa semuanya dan aman," jelas Kurnia.
Proses pencarian dan pertolongan para korban sempat mengalami kendala oleh asap hitam pekat dan beberapa titik api.
Di samping itu, banyaknya pintu mulai dari pintu utama yang hampir mencapai 80 lorong dari 13 pintu ke dua juga menyulitkan tim gabungan.
Sebanyak tujuh tim penyelamat gabungan yang sudah memiliki sertifikasi penyelamat tambang bawah tanah, bahkan harus dilarikan ke Puskesmas terdekat dan RSUD Sawahlunto karena menderita kekurangan oksigen.
"Tim penyelamat gabungan sempat menderita kekurangan oksigen dan harus dilarikan ke Puskesmas serta RSUD Sawahlunto. Alhamdulillah semuanya baik-baik saja," ujar dia.
BPBD Sawahlunto terus melakukan asesmen dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti Basarnas, TNI, Polri, Dinas Kesehatan dan lainnya guna penyelamatan dan evakuasi.
Kepolisian bersama tim dari Balai Diklat Tambang Bawah Tanah (BDTBT) Kementerian ESDM masih mengumpulkan data dan informasi mengenai kronologi kejadian dan keterangan lain yang diperlukan.
Hingga saat ini, tim tersebut belum dapat menyimpulkan apakah kecelakaan itu merupakan sebuah ledakan atau ada fenomena yang lain. Tim masih terus menyelidiki muasal penyebab dari peristiwa tersebut.[]