Jakarta - Universitas Sebelas Maret (UNS) bekerja sama dengan PT ThorCon Power Indonesia menyelenggarakan Seminar Nasional bertajuk Nuklir Sebagai Solusi Energi Ramah Lingkungan di UNS Inn, Surakarta, Rabu, 16 Maret 2022.
Acara ini turut dihadiri oleh Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), L.T. Handoko secara daring, serta para guru besar, akademisi, dan mahasiswa UNS yang hadir secara luring.
Dalam sambutannya, Kepala BRIN Handoko menyatakan bahwa kegiatan nasional ini merupakan seminar inisiatif yang sangat baik dari UNS karena terkait dengan bagaimana mendorong tenaga nuklir sebagai salah satu alternatif utama solusi dari energi baru dan terbarukan bagi Indonesia di masa mendatang.
"Kami saat ini sedang bekerja sama dengan PT ThorCon Power Indonesia untuk membangun PLTN eksperimental. PLTN eksperimental yang diinisiasi oleh ThorCon yaitu menggunakan teknologi Molten Salt Reactor (MSR) yang merupakan salah satu teknologi alternatif di masa depan yang harapannya dapat lebih memberikan jaminan keselamatan dan kesinambungan bagi operasional PLTN," kata Handoko meneruskan catatan ThorCon yang diterima Kamis, 17 Maret 2022.
Sebelumnya, kerja sama UNS dan PT ThorCon Power Indonesia ini telah menyelesaikan Kajian ilmiah bertajuk "Nuklir Sebagai Solusi dari Energi Ramah Lingkungan yang Berkelanjutan untuk Mengejar Indonesia Sejahtera dan Rendah Karbon pada Tahun 2050".
Serta Survei Penerimaan Masyarakat terhadap Pembangunan PLTN di Bangka Belitung yang juga melibatkan UBB dengan hasil sebesar 73,73 persen. Di mana angka ini menunjukkan respons positif pada masyarakat di atas standar penerimaan ALA (acceptable Level of Acceptance) yang dikaji berada pada presentase antara 51,5 persen sampai dengan 63 persen.
Para Guru Besar dari berbagai fakultas di UNS yang menghadiri acara seminar nasional tersebut sepakat bahwa kajian ini merupakan kajian yang obyektif, komprehensif dan dapat dipercaya karena telah dikerjakan oleh berbagai pakar dari berbagai disiplin ilmu.
Sangat disayangkan apabila dokumen ini tidak disosialisasikan untuk menjadi dasar pertimbangan Pemerintah untuk tidak ragu-ragu lagi memasukkan nuklir ke dalam sistem energi nasional.
UNS sendiri merupakan universitas pertama yang mengungkap fakta sesungguhnya terkait nuklir yang memang selama ini terdapat misinformasi dan disinformasi yang berkembang di masyarakat. Melalui Kajian Ilmiah tersebut menyimpulkan bahwa PLTN adalah pembangkit listrik yang ramah lingkungan, andal, dan berkelanjutan.
Nuklir sebagai energi baru, perlu dipertimbangkan secara serius oleh pemerintah sebagai pemenuhan janji Indonesia mendapatkan lingkungan bebas emisi karbon. Kajian ini juga menyimpulkan bahwa hampir tidak mungkin tercapainya target COP 21 tanpa nuklir di Indonesia.
Energi nuklir dikatakan energi ramah lingkungan karena nuklir bebas emisi gas rumah kaca, footprint relatif kecil, tidak mengganggu keseimbangan ekosistem, serta limbahnya terkelola, terkontrol dengan aturan yang jelas, dan bersifat andal karena dapat mencapai kapasitas maksimum, beroperasi 24 jam tanpa sela.
"Atas nama pimpinan UNS, saya sangat mengapresiasi atas kerja sama antara UNS dengan PT ThorCon Power Indonesia dalam menyusun Kajian Ilmiah ini. Semoga kerja sama ini membawa manfaat bagi nusa, bangsa dan negara kita," ucap Jamal Wiwoho, Rektor UNS.
Lebih lanjut, seminar nasional ini dilakukan survei singkat kepada seluruh peserta seminar dari berbagai bidang mulai dari pegawai negeri, akademisi, serta mahasiswa maupun pelajar yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Yang mana dari 261 koresponden menyatakan bahwa 51,7 persen setuju nuklir merupakan solusi praktis transisi energi yang dapat menggantikan batu bara.
"Semoga melalui acara ini, penyebaran informasi terkait fakta bahwa nuklir merupakan energi yang aman, ramah lingkungan, efisien, dan juga reliable (andal) dapat terus dilakukan. Sehingga pemerintah tidak lagi ragu-ragu dan dapat segera memutuskan agar nuklir dapat masuk lebih awal dalam bauran energi Indonesia, karena nuklir merupakan solusi praktis dan juga murah dari transisi energi yang dapat menjawab arahan dari Presiden Indonesia, Bapak Joko Widodo yang mana transisi energi tidak boleh menggunakan APBN dan memberatkan masyarakat dengan naiknya tarif dasar listrik," kata Bob S. Effendi, Direktur Operasi PT ThorCon Power Indonesia.[]