Jakarta — Mantan Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) periode 1986-1988, Robert Sitorus, merayakan ulang tahun ke-70 dengan meluncurkan buku biografi berjudul 70 Tahun Robert Sitorus; Hidup Yang Mengalir.
Acara peluncuran berlangsung di Restoran Golden Leaf, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Sabtu, 12 Juli 2025.
Buku tersebut memotret perjalanan hidup Robert sejak masa kecil di Sumatera Utara hingga perjalanannya meniti karier di Jakarta. Keluarga menyebut terbitnya buku ini sebagai hadiah ulang tahun sekaligus bentuk dokumentasi inspirasi.
“Ini kado kami dari keluarga kepada abang kami yang telah memberikan inspirasi, bukan hanya bagi keluarga tetapi juga komunitas GMKI,” kata Sahat HMT Sinaga yang mewakili keluarga.
Sahat berharap buku ini bermanfaat bagi GMKI sebagai organisasi. “Semoga buku ini bisa menjadi cermin sekaligus tolak ukur bagi GMKI,” ujarnya.
Robert Sitorus lahir di Tarutung, Sumatera Utara, pada 8 Juli 1955. Ia merupakan anak sulung dari tujuh bersaudara. Ayahnya seorang prajurit TNI yang aktif pada masa awal kemerdekaan, sedangkan ibunya mengurus keluarga di tengah tugas sang ayah yang berpindah-pindah.
Sejak kecil Robert harus sering pindah mengikuti penempatan ayahnya, mulai dari Tarutung, Dairi, Porsea, Padangsidimpuan, Gunungsitoli hingga akhirnya menetap di Medan pada 1967.
Di Medan, Robert menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara (USU) dan aktif di GMKI Komisariat Teknik. Karier organisasinya menanjak, mulai dari Ketua Komisariat pada 1977, Ketua Cabang GMKI Medan pada 1981, hingga terpilih sebagai Ketua Umum GMKI pada Kongres di Palangkaraya tahun 1986.
Pada masa kepemimpinannya, GMKI menghadapi kebijakan Orde Baru yang mengharuskan seluruh organisasi kemasyarakatan menganut asas tunggal Pancasila. Robert disebut berhasil menavigasi dinamika internal di tubuh GMKI di tengah tekanan politik tersebut.
Setelah menuntaskan masa bakti, Robert bekerja di PAM Jaya, lalu bergabung dengan Palyja—perusahaan air minum mitra PAM Jaya asal Prancis. Di sini, Robert turut berperan merintis pemasangan pembatas lubang galian dengan banner dan menerapkan pengerjaan proyek pada malam hari agar tidak mengganggu lalu lintas. Model ini kemudian diikuti oleh berbagai penyedia utilitas di Jakarta.
Peluncuran buku Hidup yang Mengalir juga mendapat apresiasi dari sahabat-sahabat Robert, salah satunya anggota DPR RI Yasonna Laoly.
“Buku ini berguna untuk semakin mendorong budaya menulis dan menerbitkan buku, sehingga memberikan dampak positif, terutama kepada generasi muda,” kata Yasonna yang juga senior GMKI dari Medan.
Buku setebal 190 halaman ini memuat catatan perjalanan hidup Robert disertai tulisan 22 sahabatnya. Beberapa di antaranya adalah mantan Direktur PAM Jaya Didiet Haryadi Prioutomo, Pendeta Martin Lukito Sinaga, jurnalis Yusuf Mujiono, serta aktivis perburuhan Rekson Silaban.
Selain itu, ada juga catatan dari mantan Ketua Umum GMKI Immanuel Blegur, mantan anggota tim dokter kepresidenan Brigjen TNI (Purn) dr. Alex Ginting, Hakim Konstitusi Daniel Yusmic FoEkh, hingga Ketua Umum Pengurus Nasional Perkumpulan Senior GMKI Febry C. Tetelepta.
Buku ini disusun oleh Alui Marundruri, Abrianto Lumbangaol, Rita Sitorus, dan Sahat HMT Sinaga, dengan fotografer Renhard Manik dan tata letak Doni Butar Butar.[]