Daerah Jum'at, 28 Oktober 2022 | 12:10

Perempuan Muslimah Hadiri Pesparani Katolik Tingkat Nasional II: Kupang Rumah Sejuta Umat

Lihat Foto Perempuan Muslimah Hadiri Pesparani Katolik Tingkat Nasional II: Kupang Rumah Sejuta Umat Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik tingkat Nasional II di Nusa Tenggara Timur. (Foto: IStimewa)

Kupang - Kota Kupang disebut sebagai kota toleransi karena memang dikenal memiliki tingkat toleransi yang cukup tinggi.

Demikian diperlihatkan oleh Siti Halima, warga Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sebab, perempuan muslimah ini menyempatkan diri untuk menyaksikan ajang Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik tingkat Nasional II di Nusa Tenggara Timur, yang dimulai dari tanggal 28 Oktober hingga 2 November 2022.

"Saya beragama Islam, tetapi saya tertarik menyaksikan Pesparani ini. Saya ingin melihat langsung dan mengenal umat Katolik dari seluruh Indonesia, lebih khusus mau berfoto dengan Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo," kata Siti Halima di halaman Stadion Oepoi saat menyaksikan pembukaan Expo Nusantara, Kamis, 27 Oktober 2022.

Dia mengungkapkan, masyarakat Kupang sudah terbiasa hidup bertoleransi. Oleh sebab itu, dia berharap semua orang yang hadir dari berbagai daerah bisa menganggap bahwa Kota Kupang sebagai rumah yang penuh dengan kedamaian.

"Mari dan nikmati Kota Kupang, rumah bagi sejuta umat, tempat teraman bercerita soal toleransi," ujarnya.

Sedikitnya lebih dari 400 orang memadati halaman Stadion Oepoi untuk menyaksikan pembukaan Expo Nusantara.

Di tengah keramaian itu, tidak hanya umat Katolik tetapi tampak umat dari berbagai agama juga turut meramaikan kegiatan tersebut.

Sementara, Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo mengungkapkan bahwa ada pesan toleransi yang kuat dari kegiatan itu.

"Ada pesan toleransi yang kuat dalam kegiatan hari ini. Para pengisi acara adalah ibu-ibu muslim dan penari sekar jagat para pemudi Hindu. Termasuk Ketua Umum Pesparani II ini adalah seorang Muslim sekaligus Wakil Ketua MUI NTT, KH Jamaludin Ahmad, serta panitia lokal yang berasal dari agama lain," kata Ignatius Kardinal Suharyo.

Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia ini menambahkan, perayaan Pesparani Nasional II diadakan bersamaan dengan perayaan Sumpah Pemuda 28 Oktober.

"Ada makna persatuan dan semangat persaudaraan yang mau disampaikan. Bila berkaca pada sejarah maka umat Katolik sadar bahwa Pesparani adalah peristiwa rohani dan peristiwa kebersamaan. Perayaan untuk Tuhan dan Tanah Air," ucapnya.

Ia memberi contoh ikon toleransi Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta yang dihubungkan dengan terowongan silaturahmi.

Karena itu, dirinya berharap Pesparani Nasional II ini tidak lagi bersifat kedaerahan tetapi menjadi satu kesatuan yang kuat yang membawa nama Gereja dan Bangsa.[]

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya