Surakarta - Lima krisis saat ini dihadapi bangsa Indonesia. Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) diharapkan merespon krisis itu dan menjadi terang saksi Kristus, yang berkarya nyata bagi bangsa ini.
Pernyataan itu tersampaikan dalam ibadah pembukaan Rapat Pimpinan Nasional dan Rapat Kerja Nasional sekaligus peringatan Kenaikan Tuhan Yesus ke surga di Hotel Kusuma Sahid Prince, Surakarta, Kamis, 29 Mei 2025 yang dilayani Majelis Jemaat GKJ Manahan Solo.
”Lima krisis itu diawali dengan Krisis kebangsaan, ditandai korupsi makin bombastis, kurangnya negarawan yang jadi teladan, serta masih banyak kelompok radikal dan premanisasi di mana-mana,” kata Pendeta GKJ Manahan Retno Ratih Suryaning Handayani.
Masalah kedua, yakni krisis ekologi, berupa eksploitasi sumber daya alam, lahan tanah rakyat maupun milik komunitas adat yang dirampas dan dialihfungsikan, serta terancamnya keanekaragaman hayati.
Ketiga yakni krisis keluarga, ditandai maraknya kekerasan dalam rumah tangga, fenomena fatherless, motherless, maraknya judi online dan pinjaman online.
Keempat, krisis pendidikan. Hal ini nampak dengan semakin menurunnya lembaga pendidikan Kristen, berkurangnya dukungan jemaat terhadap lembaga pendidikan Kristen, dan rendahnya minat generasi muda menjadi guru.
Kelima, perkembangan artificlal Intelegence (AI). Kehadiran AI mengotomasi tugas-tugas rutin, mengurangi kebutuhan tenaga kerja, tapi juga melahirkan deep fake serta bisa manipulasi perilaku manusia.
Pada kesempatan ini, pendeta yang sudah 20 tahun menggembalakan GKJ Manahan itu juga menekankan pentingnya peringatan Hari Kenaikan Tuhan Yesus ke surga yang terasa lebih tenang dan sepi dibandingkan empat hari raya Kristiania lain, yakni Natal, Jumat Agung, Paskah, dan Pentakosta.
”Hanya Lukas dan Kisah Para Rasul yang menceritakan peristiwa ini, itu pun dalam cerita yang sangat pendek,” katanya berdasar Kisah Rasul 1:6-11.
Menurut Pendeta Retno Ratih, ada beberapa sebab mengapa hari raya ini begitu ’tenang’ dan ’sepi’. Selain karena pembahasannya di Kitab Suci sangat pendek, juga karena peristiwa itu sulit dimengerti.
Bagaimana sosok Tuhan Yesus yang biasa bercakap-cakap dengan para murid, tiba-tiba terangkat ke langit.
”Peristiwa ini juga kurang mendapat perhatian, karena para murid ingin Tuhan Yesus terus ada bersama-sama dengan mereka,” jelasnya.
Padahal, peristiwa kenaikan Tuhan Yesus itu penting, menunjukkan bahwa Ia Allah yang menepati janjiNya. Ia Allah yang pergi ke rumah Bapa, dan berjanji menyediakan tempat bagi anak-anakNya.
”Dan janji yang dikatakan Tuhan itu ’ya’ dan ’amin’. Tuhan tak pernah mem-PHP (pemberi harapan palsu) bagi anal-anakNya,” ungkapnya.
Peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke surga juga penting karena menunjukkan bahwa eksistensi Tuhan Yesus tidak terbatas ruang dan waktu.
”Allah adalah Sang Alfa dan Omega. Sebelum dunia ada, Ia sudah ada. Ia tetap bertahta, karena tak terbatas ruang dan waktu.
Kenaikan Tuhan Yesus menegaskan identitas pengikut Kristus untuk melanjutkan karya yang sudah dimulainya,” paparnya.
Pendeta Retno berharap, kader GAMKI yang hadir di Rapimnas dan Rakernas ini bertindak, membawa perubahan, dan menjadi saksi nyata untuk Indonesia yang kita cintai ini.
Ibadah ditutup dengan pujian dari Pelengkap Kidung Jemaat 177, ’Aku Tuhan Semesta’ sebagai pertanda pengutusan dari Tuhan bagi para pemimpin Kristiani kader GAMKI di berbagai pelosok negeri.
”Aku Tuhan semesta,
Jeritanmu Kudengar.
Kau di dunia yang gelap
‘Ku s’lamatkan.
Akulah Pencipta t’rang;
malam jadi benderang.
Siapakah utusanKu
membawa t’rang?
Ini aku, utus aku!
Kudengar Engkau memanggilku.
Utus aku, tuntun aku...
‘Ku prihatin akan umatMu...”. []