Jakarta - Perempuan Progresif Indonesia Timur (Preposisi) kembali mengadakan kelas kedelapan bersama Future Skills batch 09 pijar fondation yang diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada & Universitas Airlangga.
Kelas ini mengusung topik terkait "Peluang dan Tantangan Kepemimpinan Perempuan". Di era ini Kepemimpinan perempuan bukan hal yang baru lagi, kita banyak melihat pemimpin negara oleh perempuan, perusahaan dan organisasi yang memberikanan kontribusi baik bagi performa organisasi.
Di awal pemaparan Materi, Natalia Mahudin sebagai pengajar memulai dengan membahas Agenda Pembangunan berkelanjutan Indonesia yang harus dicapai pada 2030 (SDGs) yang merupakan komitmen global dan Nasional dalam upaya untuk menyejahterakan masyarakat.
Salah satu poin yang menarik adalah dalam menuju titik Pembangunan yang berkualitas baik, kita harus memastikan bahwa laki lalu dan perempuan benar benar setara, memiliki akses yang sama di semua bidang pembangunan agar dapat mendorong pembangunan dan kesejahteraan Indonesia.
Data keterwakilan perempuan Indonesia di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) sejak Pemilu 1955, keterwakilan perempuan Indonesia belum mencapai kuota 30 persen Ini menunjukkan bahwa perempuan masih mengalami hambatan dalam posisi-posisi strategis.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2023 juga menunjukkan proporsi perempuan Indonesia yang bekerja di posisi manajerial mencapai 32,26 persen, persentase Aparatur Sipil Negara (ASN) perempuan lebih banyak mendominasi jabatan fungsional seperti guru dan media dibandingkan laki laki, dan hanya 15,81 persen untuk posisi Jabatan Pemimpin tertinggi, 84,19 persen masih didominasi ASN laki laki.
Natalia mengutarakan tantangan kepemimpinan perempuan saat ini adalah Stereotip gender, budaya, institusional dan tantangan yang bersumber dari individu itu sendiri.
Perempuan sering dianggap kurang kompeten atau tidak cukup kuat untuk mengambil keputusan penting, mereka harus bekerja lebih lagi untuk bisa membuktikan kemampuan mereka karena hambatan stereotip yang mengakar di masyarakat.
Melihat hal itu Pemimpin perempuan harus terus mengoptimalkan potensi diri, dengan mengembangkan kekuatan, mencoba Hal baru dan memperbaiki kelemahan.
Dengan terus memberdayakan diri perempuan akan mampu menunjukkan kualitas dan kemampuannya dengan setara.
Ia menjelaskan sudah banyak contoh pemimpin perempuan yang berhasil, hal ini menunjukkan bawah setiap perempuan memiliki kualitas yang sama sebagai pemimpin dan tidak ada pembeda apa pun.
Kepemimpinan perempuan harus terus didorong, dengan semakin banyak representatif atau kehadiran perempuan yang setara, berimbang dalam posisi pemimpin akan menghasilkan kebijakan, produk hukum yang lebih inklusif.
Kepemimpinan perempuan juga penting untuk menciptakan representasi yang seimbang dalam berbagai bidang dan tingkat kekuasaan, sehingga kepentingan, kebutuhan, dan perspektif perempuan diakui dan dipertimbangkan secara merata
Hal ini juga dapat membantu penghapusan stereotip gender. Keberhasilan perempuan dalam kepemimpinan dapat membantu menghapus stereotip gender dan memperluas pandangan masyarakat tentang peran perempuan dalam masyarakat.
Di akhir pembelajaran yang dilakukan secara zoom, Natalia menyampaikan satu quote terkait perempuan.
"Setiap Perempuan yang membekali diri sendiri akan mampu menuntun ia ke arah lebih baik," ucap Natalia.
Kelas ini dihadiri oleh kurang lebih 50 orang peserta dari berbagai universitas di Indonesia dan beberapa pekerja profesional.[]