News Kamis, 02 Mei 2024 | 16:05

Webinar Nasional Preposisi: Investasi Pemberdayaan Perempuan di Indonesia Timur

Lihat Foto Webinar Nasional Preposisi: Investasi Pemberdayaan Perempuan di Indonesia Timur Webinar Perempuan Progresif Indonesia Timur bertemakan "Investasi Pemberdayaan Perempuan di Indonesia Timur", Sabtu, 27 April 2024. (Foto:Istimewa)

Jakarta - Dalam rangka perayaan Hari Kartini Tahun 2024, Perempuan Progresif Indonesia Timur (Preposisi) menggelar webinar bertemakan "Investasi Pemberdayaan Perempuan di Indonesia Timur". Hal ini guna mengukur capaian pembangunan manusia berbasis kesetaraan gender pada daerah yang masih tertinggal.

Kawasan Indonesia Timur merupakan daerah dengan keunggulan kekayaan sumber daya alam, artinya daerah ini memiliki potensi besar untuk menopang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional. 

Untuk itu, pemanfaatan sumber daya alam seyogyanya juga dilakukan beriringan dengan pemberdayaan manusianya khususnya perempuan. 

Dengan memberdayakan perempuan, kita tidak hanya mengurangi kesenjangan gender, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan daya saing wilayah Indonesia Timur serta secara keseluruhan membangun ekonomi yang kuat dan berkelanjutan.

Dengan melihat banyaknya masalah yang dialami Perempuan saat ini, Preposisi mengambil langkah untuk berinvestasi mendorong kemajuan perempuan khususnya di Indonesia Timur.

Founder Preposisi, Natalia Mahudin menyebut bahwa untuk menuju Indonesia Emas 2045, semua pihak harus terus mengejar ketertinggalan.

"Kita harus terus bergerak mengejar ketertinggalan, memperbaiki sistem pendidikan, serta mempertajam agenda dan prioritas berbasis kebutuhan daerah terkhususnya dalam hal pembangunan sumber daya manusia.," kata Natalia seperti mengutip keterangannya, Kamis, 2 Mei 2024.

"Kawasan Indonesia Timur adalah daerah kepulauan, daerah penghasil sumber daya alam butuh pendekatan pembangunan sistem pendidikan dan pembangunan sumber daya alam (SDM) yang lebih diprioritaskan oleh pemerintah," sambungnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa kerja sama dan kolaborasi akan menghadirkan lebih banyak perempuan yang percaya masa depan lebih baik. 

"Hal ini sesuai dengan moto dan nilai yang dipercaya oleh Preposisi, bersama sama saling mendorong, berjejaring, saling membesarkan, saling memberdayakan kita semua berjalan menuju kemajuan perempuan Indonesia. Jika bersama lebih baik, lebih kuat mengapa kita harus berjalan sendiri sendiri," ujarnya.

Sementara, Asisten Deputi Pengarusutamaan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak,  Iip Ilham Firman mengatakan bahwa investasi pemberdayaan perempuan perlu dilakukan secara kolaboratif antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta, NGO dan publik.

"Artinya kerja sama seluruh pihak dan juga upaya pemberdayaan perempuan yang diletakkan dalam konteks kesetaraan gender perlu memperhatikan indeks-indeks utama dalam pengukuran kesetaraan gender," tutur Iip.

Kemudian, Anggota DPR RI Fraski PDI Perjuangan Daerah Pemilihan Maluku Utara Irine Yusiana Roba Putri menyampaikan rasa senangnya karena diberikan kesempatan berbicara tentang investasi pemberdayaan perempuan yang memiliki peran strategis di dalam negara.

"Tetapi beban pengurusan rumah tangga selalu dibebankan kepada perempuan sehingga kehadiran perempuan di ranah publik masih sangat sedikit untuk menyeimbangkan itu semua perempuan harus diberikan akses seluas-luasnya untuk pendidikan dan kesempatan untuk mengembangkan dirinya. Perempuan juga harus diberikan akses dan kesempatan dalam pendidikan, pelatihan hingga kebijakan dan program dari negara," kata Irine.

Selanjutnya, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Pdt Sylvana Apituley menjelaskan ragam kebijakan yang dihasilkan baik dari pemerintah maupun di masyarakat masih mengabaikan kondisi dan kepentingan perempuan khususnya di Papua. 

"Misalnya perempuan Papua yang menjadi kelompok yang mengalami beban berlapis, mulai dari pemiskinan secara struktural hingga peminggiran dalam berbagai keputusan. Karena seseorang perempuan, kesempatan untuk dapat bicara sangat terbatas, tidak ada ruang bagi perempuan untuk memberikan pendapatnya," ucap Sylvana.

Pengikisan/penyangkalan identitas dan pengerdilan kapasitas menjadi salah satu tantangan pemberdayaan perempuan, Untuk itu pemerintah perlu untuk melibatkan mendengar perempuan dan anak dari akar rumput, pembangunan kualitas hidup manusia (Kesehatan, Pendidikan, penguatan ekonomi rakyat).

Turut menjadi pembicara dalam kegiatan itu, yakni mantan Runner Up Putri Indonesia Tahun 2020, Yoan. Ia mengatakan setiap perempuan harus belajar menerima dirinya. 

"Seumpama mutiara dari timur hal-hal yang bisa dimulai oleh perempuan dengan be empowered, be ready, be yourself, and be younique. Perempuan dari timur harus belajar menerima diri meskipun secara fisiologis kita tidak memenuhi standar kecantikan yang telah ditetapkan. Untuk itu memberdayakan diri menjadi penting untuk perempuan Indonesia timur dengan mulai dari proses penerimaan diri," ucap Yoan.

Selama Webinar semua peserta aktif dan antusias mendengarkan paparan materi dari narasumber yang luar biasa, sungguh menambah wawasan baru dan mengubah perspektif terhadap perempuan. Webinar ini dihadiri peserta dari latar belakang berbeda Mahasiswa, Organisasi, aktivis Perempuan dan asal daerah.[]

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya