Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis analisis dinamika atmosfer Dasarian II September 2025.
Fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) negatif diperkirakan bertahan dalam dua hingga tiga bulan mendatang.
Sementara itu, kondisi El Niño–Southern Oscillation (ENSO) diprediksi tetap netral hingga akhir 2025.
Situasi atmosfer ini berimplikasi langsung pada distribusi curah hujan, awal musim hujan, serta potensi kekeringan di beberapa wilayah Indonesia.
Hasil monitoring BMKG menunjukkan indeks IOD pada dasarian II September 2025 tercatat sebesar -1,09.
Angka ini menandakan IOD negatif yang diperkirakan masih bertahan hingga awal 2026.
Sementara itu, indeks ENSO berada di angka -0,59 dengan kecenderungan netral.
BMKG menyebut kondisi ini cukup memengaruhi pola hujan di berbagai daerah, meski tidak ekstrem.
Peringatan Dini BMKG
Curah hujan pada dasarian II September 2025 menunjukkan variasi yang cukup lebar.
Sebanyak 62,37% wilayah Indonesia mengalami hujan kategori menengah, 21,34% rendah, 15,78% tinggi, dan hanya 0,51% sangat tinggi.
Dari sisi sifat hujan, mayoritas wilayah Indonesia (82,86%) tercatat berada pada kategori atas normal, 8,12% normal, dan 9,02% bawah normal.
Dalam peringatan dini yang berlaku untuk Dasarian III September 2025, BMKG memetakan wilayah yang berpotensi mengalami curah hujan tinggi.
Kategori waspada ditetapkan untuk sejumlah kabupaten/kota di Sumatera Selatan, Banten, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Jawa Barat.
Untuk kategori siaga, peringatan ditujukan pada sebagian wilayah Jawa Barat dan NTT.
Tidak ada daerah yang masuk kategori awas untuk periode ini.
Di sisi lain, peringatan dini kekeringan meteorologis juga dikeluarkan.
Beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur masuk kategori waspada, sementara kategori awas ditetapkan untuk wilayah Jawa Timur lainnya, Bali, NTB, dan NTT.
Lebih lanjut, berdasarkan analisis perkembangan musim hujan, sekitar 37% wilayah Indonesia atau setara 259 Zona Musim (ZOM) telah memasuki musim hujan.
Daerah yang sudah mulai diguyur hujan meliputi sebagian besar wilayah Sumatra, Jakarta Selatan, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, kawasan timur Jawa Timur, Bali timur, sebagian Kalimantan, sebagian Sulawesi, Maluku Utara, hingga Papua.
Prediksi Curah Hujan Minim Oktober 2025–Maret 2026
BMKG juga memberikan proyeksi wilayah yang berpeluang mengalami curah hujan rendah, di bawah 100 mm per bulan, pada Oktober 2025 hingga Maret 2026.
Oktober 2025: pesisir utara Jawa Timur, sebagian NTB, dan NTT.
November 2025: peluang rendah terjadi di Indonesia.
Desember 2025: sebagian kecil Sulawesi Tengah.
Januari 2026: sebagian Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.
Februari 2026: Aceh, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Papua Barat.
Maret 2026: Aceh, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah.
BMKG mengingatkan masyarakat dan pemerintah daerah untuk lebih waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi.
Daerah dengan potensi hujan tinggi perlu bersiap menghadapi banjir, sementara daerah dengan curah hujan rendah diimbau mengantisipasi kekeringan dan keterbatasan air bersih. []