Jakarta - Dokter Mishael Octaviany mengatkaan masalah jerawat utamanya dipicu oleh gaya hidup kurang sehat, pola diet tidak seimbang, produksi minyak berlebih pada kulit, dan stres.
Mishael menuturkan, masyarakat Indonesia rentan mengalami masalah jerawat karena kondisi iklim tropis yang membuat produksi keringat jadi lebih tinggi.
"Jerawat juga mudah muncul pada mereka yang bertempat tinggal di kota besar yang tinggi tingkat polusinya,” kata dia kepada wartawan dikutip Sabtu, 10 September 2022.
Menurut dia, jerawat umumnya banyak terjadi di usia remaja atau 13 tahun ke atas karena ketidakstabilan hormon, yang biasanya mereda ketika menginjak usia 25 tahun.
Namun, sekarang banyak pasien berusia dewasa yang mengeluhkan masalah jerawat, termasuk body acne yang umumnya muncul di bagian punggung dan dada.
"Hal ini biasanya diakibatkan karena gaya hidup tidak sehat, seperti kurang tidur, pola makan tinggi lemak dan gula, dan juga penggunaan masker kala pandemi,” kata Mischael.
Sementara, Dermatologist Clinic de Votre Peau dr. Ricky Fernando Maharis mengatakan permasalahan jerawat masih menjadi salah satu masalah kulit utama di Indonesia.
Menurut dia, dari ribuan pasien yang mendatangi kliniknya, lebih dari setengahnya datang untuk mendapatkan solusi bagi masalah jerawat mereka.
Data dari Universitas Airlangga pada tahun 2022, menyebutkan masalah jerawat dialami oleh 9,4 persen populasi di dunia, dengan prevalensi tertinggi pada usia remaja.
Jerawat dapat dialami semua usia, antara usia 1-12 bulan, usia remaja, hingga dewasa.
Angka kejadian pada usia remaja lebih tinggi pada laki-laki, akan tetapi pada usia dewasa lebih banyak dialami perempuan. Tingkat prevalensi jerawat adalah 64 persen pada usia 20-an, 43 persen di usia 30-an dan 1-7 persen di usia 50 tahun ke atas. []