Daerah Jum'at, 05 Agustus 2022 | 14:08

Burung Maleo Terancam Punah di Tengah Pembangunan Objek Wisata

Lihat Foto Burung Maleo Terancam Punah di Tengah Pembangunan Objek Wisata Burung Maleo (Mamuang). (Foto: Opsi/ist)
Editor: Rio Anthony Reporter: , Eka Musriang

Mamuju - Macrocephalon Maleo atau biasa dikenal dengan nama Burung Maleo atau dalam bahasa Mamuju Mamuang adalah hewan endemik dari pulau Sulawesi. 

Burung Maleo mempunyai ukuran tubuh tergolong sedang dengan panjang tubuh rata-rata 55 cm.

Mamuang kini terancam punah di tengah pembangunan objek wisata di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar).

Hal tersebut disampaikan Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Dapil Sulbar, Ratih Megasari Singkarru, Jumat, 5 Agustus 2022.

Ratih Megasari menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke Desa Tapandulu, Kecamatan Simboro, Mamuju, Sulbar, beberapa hari lalu.

Sesampainya di desa tersebut, dirinya bertemu dengan suatu komunitas penjaga Mamuang.

Ratih Megasari pun mengaku, sangat bangga lantaran masih banyak anak muda yang ternyata sangat peduli dengan spesies burung Mamuang.

"Burung Maleo sekarang dalam status terancam punah," kata Ratih Megasari.

"Kita harus berbangga karena kita dianugerahi tempat dimana Burung Maleo yang merupakan burung endemik pulau Sulawesi, termasuk Sulbar, tinggal," sambungnya.

Namun, kata dia, pembangunan objek wisata cukup mengganggu habitat Burung Maleo untuk berproduksi dan berkembang biak.

"Itu yang membuat saya merasa sangat ironis," kata Ratih Megasari.

Meski pun, kata Ratih Megasari, di satu sisi pembangunan pariwisata memberikan dampak ekonomi yang sangat bagus dan bisa memajukan pemulihan ekonomi terkhususnya di desa tersebut.

"Tapi mungkin, perlu disosialisasikan di masyarakat setempat untuk memberikan ruang steril bagi Burung Maleo agar habitatnya tidak terganggu," katanya.

Jangan sampai, kata dia, 10 tahun ke depan, warga Mamuju hanya bisa melihat burung maleo melalui google dan buku.

"Dan jangan sampai Burung Maleo sampai pada status kepunahan," kata Ratih Megasari.

Ia mengaku, berkesempatan melihat telur-telur Burung Maleo yang berhasil diselamatkan oleh komunitas penjaga Mamuang.

"Mereka (Burung Maleo) itu ternyata harus bertelur di daerah yang mengandung panas bumi, seperti lokasi dekat mata air panas, ataupun di pesisir pantai karena pasir itu kalau kena matahari kan akan panas," katanya.

"Ternyata, tempat yang saya datangi ini, bibir pantai yang sudah cukup banyak diisi dengan pembangunan pariwisata," ujar Ratih Megasari. []

Berita Terkait

Berita terbaru lainnya