Jakarta - Meski Pemilu 2024 masih dua tahun lagi, namun gonjang-ganjing calon presiden sudah menghiasi pentas politik Tanah Air.
Sejumlah figur sudah muncul ke permukaan. Partai politik pun sudah melempar sejumlah nama dari kantong mereka ke publik.
Partai NasDem misalnya sudah menyebut sejumlah nama, seperti Gubernur DKI Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa
PAN juga sudah melempar jagoannya ke publik saat gelaran Rakernas PAN di Istora Senayan, Jakarta.
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan pada Sabtu, 27 Agustus 2022 menyebut ada sembilan figur calon presiden mereka.
Baca juga:
jokowi-tiga-periode-budi-arie-singgung-margareth-thatcher-dan-angela-merkel">Konstitusi Larang Jokowi Tiga Periode, Budi Arie Singgung Margareth Thatcher dan Angela Merkel
Para calon itu ada dari kepala daerah, menteri, dan tentu sang ketua umum sendiri. Selain Zulkifli Hasan, ada Ketum Golkar Airlangga Hartarto, Ketum PPP Suharso Monoarfa, dan Ketua DPR RI Puan Maharani.
Muncul juga nama Menteri BUMN Erick Thohir, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Merespons soal capres-capres parpol ini, Presiden Jokowi saat di Bandung pada Minggu, 28 Agustus 2022 melontarkan pernyataan panasnya.
"Mengenai politik ngak usah tergesa-gesa, tidak usah terburu-buru," kata dia, saat menghadiri dan membuka Musyawarah Masyarakat (Musra) Indonesia.
"Gini, yang namanya calon presiden dan calon wakil presiden itu di konstitusi kita, undang-undang kita, itu memang harus diusung oleh partai politik atau gabungan partai politik," sambungnya.
"Artinya apa? Belum tentu yang elektabilitasnya tinggi itu diajukan oleh partai atau gabungan partai. Kalau mereka nggak mau gimana?" tukas presiden dua periode itu sebagaimana dipetik dari akun Twitternya.
"Oleh sebab itu sekali lagi, ojo kesusu, tidak usah tergesa-gesa. Dilihat dulu baru nanti kita bicara dan menentukan sikap," tegasnya lagi.
Menurut Jokowi, ke depan pemimpin yang paling dibutuhkan adalah yang mampu menjawab permasalahan yang semakin sulit, dan yang semakin rumit di level global.
Dia mengingatkan, tidak mudah mengelola sebuah negara. []